Afwan Ana Telat...
Afwan akh, ana telat…. Padang, 18 Feb 2008, 08:58 pm
Di sebuah masjid, pagi sekitar pukul tujuh-an, masih lengang memang, tapii di dalamnya ternyata penuh dengan banyak mahasiswa, yang sedang mengadakan rapat. Semua tampak serius walau terlihat santai. Beberapa halaqah ada yang terlihat tegang. Tapi ada sebuah pemandngan unik, di salah satu sudut masjid, salah seorang terlihat gelisah. Berkali-kali ia menghentikan tilawahnya, menengok arloji di tangannya berkali-kali sambil menghela nafas. Sementara waktu terus berlalu, waktu kuliasegera tiba. Tit..tit…tit… sebuah pesan masuk d hp-nya. Selang beberapa detik kemudian, kepalanya terkulai ba’da membaca short massage system yang baru saja masuk, menandakan ada sesuatu yang terjadi. Detik berlalu, ia segera keluar dari masjd, karena baru saja rekannya menginformasikan tentang keterlambatan kedatangannya. Lalu kenapa ia pergi? Bukannya menunggu rekan rapatnya yang lain? Ternyata, sudah lima short massage system dengan isi yang sama, masuk memenuhi messages inbox-nya dengan isi yang sama!
*******
Ikhwatifillah..
Seringkali kejadian seperti ini terjadi. Sering kali sebuah rapat terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan karena keterlambatan personil rapat. Entah karena kesibukan masing-masing, atau juga karena sebab lain. Yang pasti, virus keterlambatan sudah menggerogoti. Berbagai macam kesibukan juga disela-sela kegiatan kuliah, dengan keterbatasan waktu yang tersedia, kita bisa saja melakukan hal ini. Memang, kita selalu bisa memikirkan efeknya, tapi kita juga selalu menganggap sebelah mata efek itu juga. Dan, karena ini sudah sering kali terulang, dengan mudahnya kita tinggal mencari di berita terkirim, edit, dan kita kirim lagi. Selesai. Kecanggihan teknologi telah berhasil mengalahkan ukhuwah dan nilai-nilai kesopanan. Dengan mudahnya kita memaksa rekan rapat kita untuk menyetujui keterlambatan kita.
Penyebabnya bermacam-macam, karena kemarin ba’da mengadakan acara, kiatr berasumsi sediri, bahwa keterlambatan kita akan ditoleransi. Sekali lagi, ini adalah keputusan kita sendiri. Karena malamnya kita ada mabit, dengan ringan tanpa rasa dosa kita mengklaim penundaan waktu rapat, khusus untuk diri sendiri. Setelah semalaman qiyamullail, paginya ngantuk sehingga kita merasa perlu menambah jam tidur ba’da subuh dengan mengorbankan agenda rapat. Kesibukan yang padat pun dengan enteng dijadikan kambing hitam.
Seharusnya kita juga memahami posisi rekan lainnya. Padahal, ketika kita sudah berkomitmen tentang urgensi ketepatan dalam sebuah rapat, maka dalam keadaan dan ketersediaan waktu yang apa adanya, mestinya kita pegang teguh komitmen tersebut, dengan mengindahkan konsekwensi-konsekwensinya. Apalagi kita sebagai aktivis kampus, yang mungkin sudah berapa kali ikut seminar-seminar tentang manajemen waktu, dan sejenisnya. Bahkan, karena terlalu sering, ketika diminta mengisi acara lifetime management, dengan paham dan lancar kita bisa berkoar-koar tentang itu.
Kita juga hafal akan surat as-Shaff ayat 2-3. tentang kemurkaan Allah ketika kita tidak melakukan apa-apa yang kita katakan.
Waktu adalah harta yang paling berharga. Waktu harus digunakan dengan bijaksana. Waktu ibarat pedang, jika kita tidak bisa menggunakannya, maka dialah yang akan memenggal kita. Waktu juga yang akan memengaruhi keberhasilan kita. Karena tabiat waktu adalah sebagai berikut :
1. Cepat berlalu
Waktu berjalan bagaikan awan, melintas bagaikan kilat, lari bagaikan angin. Tak peduli timingnya, suka atau duka. Tak kompromi kita sibuk, ngantuk, sedang ada masalah, lagi mood atau nggak. Kita tidak menyadari tentang kerugian akibat tertinggalnya waktu, merasa yakin dan menggenggam garansi masih ada waktu lagi yang tersisa buat kita.
2. Mustahil kembali
Ciri khas waktu, diantaranya jika ia telah berlalu, mustahil kembali atau diganti, dan garansi kita tak berlaku lagi. Detik berganti tanpa kompromi. Berlalu begitu cepat.
3. Harta termahal
Tak dapat kita membeli waktu yang sudah lewat. Waktu bukanlah emas seperti yang selam ini sering dikatakan dalam peribahasa. Lebih mahal dari intan, emas, berlian ataupun batu mulia.
Selama, ini kita mungkin sudah merasa sibuk, tak da waktu luang, tak da kesempatan untuk tidur siang, bahkan tak ada hari libur; sabtu-minggu selalu padat acara. Benarkah kiat sesibuk itu ? Solikhin Abu Izzudin, penulis buku best seller zero to hero, way to win, quantum tarbiyah, mengatakan suatu ketika, dalam sebuah acara ia berada dalam 4 kesibukan : sebagai panitia, muraja’ah haafalan, merekam acara untuk dokumentasi pribadi, dan mencatat materi yang disampaikan. Sekilas info : Hidayat Nur wahid, meluangkan waktu sehari untuk membaca, selama 8 jam, Anis Matta 6 jam, lalu kita ?
Betapa berartinya setiap detik yang berdetak bagi kita, aktivis gitu loh.. kita bahkan bisa melengkapi…silahkan dilengkapi, sudah hafal kan…?!)
Kalau ingin tahu betapa berartinya satu jam, tanyakan kepada…
Kalau ingin tahu betapa berartinya satu menit, tanyakan kepada…
Kalau ingin tahu betapa berartinya satu detik, tanyakan kepada…
Kalau ingin tahu betapa berartinya waktu mili detik, tanyakan kepada…
Hasan Al-Banna mengatakan, “ Waktu adalah kehidupan.”
Setiap kita diamanahi waktu yang sama, 24 jam sehari, 60 menit dalam satu jam, 60 detik dalam satu menit. Tergantung bagaimana kita melejitkan pemanfaatan waktu dengan jatah yang sama, menghasilkan output yang berbeda.
Dengan adanya kesadaran akan kesamaan jatah waktu yang diamanahi, maka tidak ada alasan lagi dan mengerti akan betapa tidak sopannya mengedit ulang pesan terkirim dan mengirimkannya lagi. Hal yang berlalu jadikan pelajaran. Yang terpenting, usaha untuk mengubahnya. Dan perubahan itu tidak akan terwujud, tanpa usaha keras merealisasikannya.
Tidak akan ada lagi tentang keputusan sepihak, karena kemarin ba’da mengadakan acara, maka dengan optimis mengambil asumsi bahwa pemimpin rapat akan memberikan toleransi jika kita terlambat datang. Apa jadinya, jika semua personil rapat juga berfikiran sama. Alhasil, semua terlambat rapat. Mestinya kita menenggang peasaan pemimpin rapat. Kasihan kan, jika messages inbox-nya dipenuhi sejumlah short massage system masuk, dengan isi :
“Afwan akh, ana msh cpek, ana g’ bs datng, afwan…”
Atau, lebih parah lagi, masih dengan tema yang sama;
“Afwan akh,, ana t’lambat sdah lama, jd ana g jd datng, takut ganggu yg laen,afwan..”
Post a Comment for "Afwan Ana Telat..."
Kata Pengunjung: