[No title]
Hari ini adalah hari ibu. Menanggapinya, beberapa komentar bermunculan. Misalkan : “Kenapa harus ada momen untuk mengucapkan rasa sayang pada Bunda”. “Aku gak punya Ibu, aku punya-nya mama”. “Ehe…hari ibu kan untuk kaum perempuan…masak laki-laki negucapin…?” atau ada juga yang bilang gini : “Eh…kamu lupa ya ini hari ibu. Kalau hari ibu, ya trus nagapain…”
Beberapa komentar di atas muncul saat saya berada di jurusan. Mau kuliah nunggu dosen muncul. Komentar di atas saya yakin adalah gurauan, meski ada juga yang sepenuh yakin mengatakannya. Yang tentu aja disana mengandung hal kebenaran. Artinya, mereka tidak salah. Pendapat mereka ada benarnya.
Teringat judul cover Tarbawi (karena saya jaga toko jadi sering baca majalah secara gratis). Apakah perlu momentum untuk berubah? Benar. Rasanya tidak perlu memonetum untuk sebuah oerubahan. Artinya, jangan sampai kita mengalami semangat perubahan ke arah yang lebih baik hanya bertepatan dengan momentum tertentu saja. Pun begitu, jangan sampai kita mengucapkan atau memunculkan rasa sayang kita kepada ibu hanya pada saat hari ibu saja. Namun tentu, tidak ada masalah jikalau pada saat hari ibu, kita mengucapkan dan memunculkan rasa kasih saying kita kepada ibu.
Karena bisa saja, ditengah kelupaan dan kesibukan kita, tidak sempat mengucapkan dan memunculkan rasa sayang dan kasih kita kepada ibu. Nah, paling tidak, pada saat ada momentum dalam memperingatinya, disaat itulah kita ingat dan mampu memunculkan.
Kalau tidak bisa memunculkan rasa secara kontinu pada setiap waktu, maka pada beberapa waktu kita memunculkan rasa itu. Kan tidak ada salahnya, jika ternyata kita butuh momentum. Daripada tidak sama sekali.
Hari ibu diperingati dan perlu diingat bukan hanya untuk kaum ibu saja. Setiap anak. Setiap yang merasa bahwa ia adalah anak dari ibunya, harus dan wajib memiliki perasaan ini. Maka, memeringati hari ibu bukan terbatas pada kaum hawa saja.
Post a Comment for " "
Kata Pengunjung: