Perhatikan Makan Kita
Ini tentang kisah foto terbaik, pada lebih satu dekade tahun yang lalu.
Tepatnya pada tahun 1993. Seperti biasa, pada ajang pulitzer Prize, yaitu
pemilihan foto jurnalistik terbaik. Pada tahun itu, Pulitzer Prize jatuh pada
foto yang didapat oleh Kevin Carter.
Foto yang menjuarai ajang bergengsi dalam dunia fotografi itu mengambil
latar di Sudan, sebuahh negara yang terletak di Afrika Utara. Seperti yang
biasa didengar tentang negara Afrika, Sudan termasuk negara yang terkenal
dengan kelaparan. Mayoritas warga berkulit hitam ini juga dilanda kekurangann
bahan makanan yang sangat parah.
Foto itu menceritakan seorang anak gadis Sudan yang sedang merangkak
lemah menuju kamp makanan PBB. Dibelakangnya, dengan mengikuti setia seekor
burung elang; yang merasa pasti kali ini dia mendapatkan buruannya.
Awalnya, Kevin Carter mau menunggu hingga belasan menit. Berharap agar
burung pemakan daging itu mau pergi. Tapi karena tak kunjung pergi, akhirnya
Kevin Carter-lah yang pergi. Meninggalkan gadis kecil yang masih merangkak
lemah di atas tanahh kering berdebu. Jepretan terakhirnya, anak gadis itu
sedang berhenti, menunduk lemah.
Foto itu kemudian dikirim ke New York Times. Setelah terbit dan beredar,
foto itu mendapat reaksi yang luarbiasa dari para pembaca. Pembaca menanyakan
banyak hal ke redaksi, salah satunya adalah pertanyaan, ‘mengapa Kevin tidak
menolongnya’.
Kevin pun mendapat Pulitzer prize atas foto itu. Namun dua bulan
kemudian, Kevin diberitakan tewas gantung diri. Dia merasa tertekan dan
menyesal karena tidak menolong si gadis.
Demikianlah, antara kemiskinan-kelaparan-dan egoisme dipertontonkan dari
selembar foto.
Dunia ini
seperti tidak adil. Tidak seimbang. Disaat negara di belahan dunia lain
rakyatnya kekurangan makanan, di satu negara rakyatnya berkelimpahan makanan. Satu
harus mencari-cari dan menghemat makanan, satu yang lain menghambur-hamburkan
makanan.
Disaat manusia lain mati karena kelaparan, manusia yang lain mati karena
kebanyakan makanan. Obesitas melanda banyak orang, disaat bersamaan banyak orang
yang badannya kurus kering, tinggal kulit pembalut tulang.
Dan ternyata, disini pun demikian. Di sekolah kita, SMA Terpadu Al Qudwah
secara sadar atau tidak sering menghambur-hamburkan makanan. Walaupun kita
tidak tahu siapa orangnya. Pemandangan yang ditemui di sekitar sekolah kita,
membuktikan hal itu. Perhatikan, banyak nasi yang dibuang di tong sampah atau di
selokan. Bahkan mengering tertinggal di atas piring yang tidak dicuci.
Tanpa kita sadari, itu termasuk perbuatan membuang-buang makanan. Seharusnya
kita berpikir, saat mengambil makanan jangan banyak-banyak. Ambil nasi sedikit
dulu. kalau kurang, gampang nambah. jangan turuti nafsu kita yang ingin
mengambil banyak nasi. Menumpuk di piring. Tapi apa yang terjadi ketika kita
kenyang sementara nasi masih banyak dipiring? Kita membuangnya di tong sampah,
selokan, tanah, atau di piring. Dan kemudian keras mengering.
Kita memang sudah bayar atau mengeluarkan uang untuk nasi/makanan itu. Itu
adalah hak kita. tapi alam juga punya hak. Untuk tidak kita kotori. Juga ada
hak orang lain, yang tidak nyaman dengan pemandangan yang kita buat. Maka,
perhatikan hak orang lain dan alam itu.
Tidakkah kita berpikir ketika kita membuang nasi hingga menjadi kering,
ada saudara kita yang menjadikan nasi kering itu sebagai makanan pokoknya, yang
sering disebut nasi aking. Saat kita membuang banyak nasi, atau sebutir nasi,
karena tidak kuat lagi memakannya, di negara lain saudara kita mencari sebutir
nasi untuk dimakannya.
Mudah-mudahan, dengan mengingat ada banyak saudara kita yang masih
kelaparan, membuat kita mau untuk berpikir sebentar, ketika mau mengambil nasi,
agar ambil sedikit saja dulu. agar tidak ada lagi butir-butir nasi yang kita
buang. Apalagi kita sebagai muslim, tahu kalau menghambur-hamburkan adalah
termasuk perbuatan boros, dan boros itu saudaranya syetan. Maukah kita dibilang
saudaranya syetan? Jawaban itu terjawab dengan sikap kita.
Ditulis dan disampaikan oleh Supadilah S.Si, penulis lepas dan semaunya. Menulis apapun yang dilihat dan dirasakannya.
~Disampaikan
pada upacara bendera hari Senin, 20 Oktober 2014, di SMA Terpadu Al
Qudwah
Post a Comment for " Perhatikan Makan Kita "
Kata Pengunjung: