Meminta Izin atau Memaksa Izin?
Setiap kita kadang
punya agenda mendadak yang bisa mengacaukan atau merubah jadwal rutin kegiatan
kita. Jika kita berhalangan hadir, setidaknya kita menginformasikan
ketidakhadiran kita. Ada pula untuk tidak hadir dalam sebuah acara kita juga
meminta izin.
Namun kadang dalam
meminta izin tidak memerhatikan etika sebagaimana seharusnya. Entah itu bahasa
izin atau sikap ketika izin. Berikut ini menurut saya kalimat-kalimat yang saya
maksud.
1.
Pak. Saya
hari ini tidak bisa datang karena ada keperluan mendadak lain. Terima kasih.
Menurut saya,
kalimat seperti ini bukan meminta izin. Tapi memaksa izin. Hehe. Dalam kalimat itu, diizinkan atau tidak
diziinkan, posisi pemohon sudah tidak datang. Seakan dengan kalimatnya sendiri,
dia pasti diizinkan. Selain itu, halangan atau sebab tidak bias dating tidak
disebutkan dengan jelas. Tidak jelas pula apakah keperluan lain itu penting
atau tidak. :P
2. Pak.
Berhubung saya ada keperluan yaitu silaturahim ke Jakarta acara nikahan saudara
saya, boleh tidak saya tidak ikut agenda sekolah besok?
Inilah kalimat
minta izin yang baik. Dalam kalimat itu, si pemohon meminta izin. Ditandai dengan
kata ‘boleh tidak…’ Dan dilengkapi dengan kejelasan keperluan lain sebagai
penghalang kegiatan utama.
Khusus untuk siswa
(bisa berlaku untuk semua), meminta izin akan lebih kuat atau beretika jika
dilakukan dengan
1.
bertemu langsung
2.
menelpon langsung dan mengirim surat
3.
melalui SMS, wa, bbm
Kesemuanya itu lebih bagus lagi jika
dilakukan oleh orang tua/wali daripada dilakukan oleh siswa sendiri.
Post a Comment for "Meminta Izin atau Memaksa Izin?"
Kata Pengunjung: