Kelomang: Perjuangan Melawan Keserakahan Penguasa
Penguasa
yang rakus memperkaya diri selalu menyengsarakan rakyat. Kolaborasi penguasa
dan pejabat tiada hentinya menimbulkan penderitaan untuk kalangan bawah. Mengeruk
kekayaan alam untuk memuaskan nafsu. Menyelewangkan sumpah dan amanah yang
harusnya mereka jalankan.
Kasus seperti itu terjadi pula di Banten. Daerah yang kaya dengan sumber
daya alam. Namun pemerintahnya berkhianat pada rakyat. Sakib, pengusaha ternama
yang mampu memengaruhi lembaga pemerintahan. Bersama Bupati Serang, Jamaludin memberikan
izin ekspolitasi pengerukan pasir laut dengan imbalan uang suap.
Selalu ada pengkhianat dan penjilat dalam sebuah perjuangan. Arya, dulunya
seorang aktivis. Beberapa kali berhadapan dengan Sakib. Berbagai kebutuhan
hidup yang menuntut untuk dipenuhi membuat idealisme itu luntur. Arya berbalik
menjadi kaki tangan Sakib.
Selalu ada jalan kebenaran untuk melawan kesewenang-wenangan penguasa.
Saija, seorang aktivis lingkungan getol menyuarakan perlawanan. Bersama-sama
warga yang juga geram dengan adanya ekspolitasi yang hanya menguntungkan
penguasa. Lalu ada pula Yanto dan Lukman, jurnalis yang berani menyuarakan
kebenaran lewat media Mata Pena.
Saija, akhirnya menemukan tambatan hati yang telah lama dicari. Saija hanya
menyisakan hati untuk Adinda. Sebagaimana pasangan muda mudi dalam novel Max
Havelar yang terkenal itu.
Mudah bagi Sakib dengan kekuatan harta dan kekuasannya untuk memadamkan
perlawanan itu. Menguasai pemerintahan, membujuk dengan buang suap, dan
ancaman-ancaman menggunakan preman. Itulah langkah yang biasa dipakai Sakib
demi memuluskan proyek mereka.
Dalam sebuah perjuangan selalu ada pengorbanan. Yanto dicopot dari
jabatannya sebagai pimpinan redaksi. Kapal penyedot pasir datang. Siap untuk
menyedot ribuan kubik pasir. Nelayan dan warga sekitar pantai Serang memberikan
perlawanan yang tidak seimbang. Saija dan Adinda pun meninggal dalam peristiwa
itu. Saija meninggal sebagai tumbal perjuangan rakyat. Adinda berkorban akibat
keserakahan ayahnya yang lebih memuja promosi jabatan.
Pada akhirnya, kebenaran selalu menang. Sakib dan Bupati Jamaludin
ditangkap tangan oleh KPK setelah Lukman mengirimkan bukti-bukti konspirasi
itu. Rencana penambangan yang merusak lingkungan itu pun berhasil digagalkan
berkat usaha gigih aktivis lingkungan dan warga. Mereka tidak ingin seperti Kelomang (Umang-umang dalam bahasa Minang). Binatang yang hanya bisa
bersembunyi saat bertemu musuh. Mereka melawan keserakahan dan kesewenangan
pemerintah.
Dari awal, Qizink La Aziva, penulisnya buku ini hanya fiksi belaka.
Namun bagi orang Banten, sulit mengatakan peristiwa dalam buku tidak ada
kaitannya dalam realita. Suap, kasus korupsi, atau kendali pengusaha dalam
kebijakan pemrintahan adalah hal yang sulit dibantah.
Kisah itu disisipi dengan pemuatan sejarah Kesultanan Banten. Pembaca
disuguhi banyak sejarah penting di masa lampau.
Judul : Kelomang
Penulis : Qizink La
Aziva
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun :
2016
Jumlah halaman :
184 halaman
ISBN :
978-602-03-2881-2
Peresensi : Su
Post a Comment for "Kelomang: Perjuangan Melawan Keserakahan Penguasa"
Kata Pengunjung: