Kalah Lagi, Indonesia Butuh Apa?
Gempita harapan
menyambut pertandingan persahabatan antara timnas Indonesia kontra Mynmar pada hari
Selasa kemarin. Apa sebab? Mungkin faktor pelatih baru asal Spanyol yang
menjadi daya tariknya. Dilatih orang dari luar negeri aja sudah bikin sebuah
sensasi. Apalagi pelatih negeri matador yang bisa dibilang kiblatnya sepak
bola. Tentu menambah antusiasme yang berlebih.
Begitu pula
dengan saya. Bahkan ketika saya harus mengasuh anak saya karena isteri pergi
ngaji, saya ajak anak saya ikut nonton. Membawa serta permainan lego-nya yang
baru dibelikan pecan kemarin. Demi ingin lihat racikan pelatih Luis Milla.
Saya pun bangga
dengan gol yang dicetak lebih dulu oleh garuda muda di menit ke-22 oleh
tandukan Nur Hadianto memanfaatkan umpan Saddil Ramdani. Meskipun dalam hati
masih was-was. Tahu kan permainan timnas kita. Yang sering mengecewakan kita
dengan permainan yang ditampilkan di atas lapangan.
Memasuki babak
kedua, sebetulnya permainan Indonesia masih bagus. Menguasai ball possession. Terlebih
dengan masuknya Evan Dimas yang khas dengan visi permainannya. Indonesia semakin
menyerang, dengan ditopang Ezra yang dua jam kewarganegaraannya diakui.
Di saat-saat
harapan semakin membuncah, timnas Indonesia lengah. Transisi dari menyerang menjadi
bertahan masih menjadi PR bagi timnas kita. Keasyikan menyerang, malah
bertubi-tubi gawang Diky Indriyana kebobolan tiga kali. Skor akhir pun 1-3
untuk kemenangan timnar Myanmar.
Pertanyaan besar kemudian timbul. Kurang apa
lagi, timnas kita? Pelatih top sudah didatangkan. Bermain di kandang pula. Eh malah kalah. Maka kita kemudian
mencari alasan yang dapat diterima. Kematangan tim menjadi evaluasi. Maklum,
tim ini belum lama dibentuk. Baru sekira dua bulan. Bisa apa dengan waktu yang
sedemikian singkat? Termasuk haraan besar untuk Ezra, striker Ajax Amsterdam. Berpostur
tinggi dan mendapat materi dari negeri Belanda yang terkenal dengan total
football-nya, Ezra menjadi harapan kita. Namun waktu gabung yang mash minim,
dapat kita maklumi. Semoga masih ada waktu untuk berbenah. Terutama chemistry ntar pemanin dan pelatih agar
bisa semakin terbentuk tim yang menjadi harapan kita bersama.
Post a Comment for "Kalah Lagi, Indonesia Butuh Apa?"
Kata Pengunjung: