MEMBUMIKAN ALQURAN DI BANTEN
Masyarakat muslim di Banten
banyak yang tidak lancar membaca Alquran. Jumlahnya sekira 76,72 persen.
Berarti ini lebih dari separo muslim Banten. Demikian asil penelitian Lembaga
Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Provinsi Banten yang diumumkan pada Agustus
ini. Hasil penelitian ini tentunya berita yang membuat heran sekaligus miris.
Banten yang terkenal dengan
daerah religius, namun warga muslimnya masih kurang pandai membaca Alquran.
Padahal pondok pesantren banyak tersebar di Banten. Begitu pula madrasah-madrasah.
Bahkan,ada satu daerah yang disebut kota seribu madrasah, yakni Kabupaten
Lebak.
Banten memang identik dengan
keislaman yang kental. Terakhir, Banten jadi juara umum pada ajang Musabaqah
Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Nasional XXVI yabg diadakan di Nusa Tenggara
Barat di 2016 lalu. Hal ini menandakan, Banten juga jawara MTQ. Selain itu, di
beberapa daerah juga sudah digulirkan gerakan Magrib Mengaji. Sebagai upaya
untuk mengembalikan umat muslim Banten agar mengalokasikan waktu untuk belajar mengaji.
Di Lebak, kebijakan itu dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 14
Tahun 2013 tentang Wajib Mengaji dan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun
2008 tentang Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA). Diharapkan warga
Lebak membiasakan diri untuk ikut pengajian dan mengaji. Program ini diharapkan
sukses membawa warga Lebak menjadi warga yang religius. Ustadz dan guru ngaji
pun diberi insentif untuk membantu operasional dan sebagai upah lelah. Walaupun
nominalnya tidak besar, insentif itu pertanda kepedulian pemerintah daerah.
Hasil survey mengatakan
bahwa 87,6 persen muslim Banten memang bisa membaca Alquran, namun tingkat
kemampuannya masih memprihatinkan yakni berada pada tingkat sedang dan rendah.
Sedangkan pada tingkat lancar dan sangat lancar sekira 23,28 persen. Penelitian itu juga menunjukkan kurangnya
motivasi warga muslim Banten untuk mempelajari Alquran. Bisa jadi karena kurang
memaknai kedekatan dengan Alquran.
Arus globalisasi telah
membuat kita meninggalkan Alquran. Kita lebih disibukkan dengan kecanggihan
teknologi ketimbang mengaji kitab suci. Lebih banyak pegang gawai daripada
memegang mushaf. Dalam satu hari tidak terhitung mengecek sosial media seperti
Facebook, Twitter, Instagram daripada mengecek tilawah.
Pada tataran yang lebih luas
pun demikian. Orang lebih tertarik ke tempat hiburan daripada tempat pengajian.
Car free day selalu ramai, tapi
kajian keislaman sepi pengunjung. Acara keislaman yang gratis sepi hadirin,
tapi acara yang berbau kemaksiatan, walaupun tiket masuknya mahal, tetap saja
dikejar.
Penelitian diatas memiliki
margin error 2,5 persen. Melibatkan 1.505 responden. Artinya bisa juga data ini
menunjukkan realitas sebenarnya. Namun, data itu bisa berubah. Kemampuan baca
Alquran muslim Banten bisa ditingkatkan. Pertama, optimalisasi gerakan Maghrib
Mengaji. Meskipun sudah lama digulirkan, evaluasinya harus tetap berjalan.
Sejauh mana perda ini ditaati oleh warganya. Sebab tidak jarang, ketika masuk
waktu maghrib, warga masih berkeliaran. Ambil contoh di alun-alun
Rangkasbitung. Meski saat berkumandang adzan Maghrib, yang jualan tetap jualan,
yang santai di alun-alun tetap santai. Jojong
aja.
Kedua, optimalisasi peran
madrasah sebagai tempat belajar mengaji adalah tepat. Keharusan memiliki ijazah
madrasah untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya dirasa cukup efektif. Ini
merupakan ‘paksaan’ agar generasi muda mau belajar mengaji. Selain itu, perlu
peningkatan insentif guru madrasah atau ngaji supaya mereka lebih nyaman lagi
dalam membagikan ilmu.
Ketiga, mengupayakan
ketersediaan Alquran di masyarakat. Berdasarkan survey LPTQ, 95,7 persen rumah
penduduk muslim memiliki Alquran. Namun, 65,4 persen penduduk yang memiliki
Alquran sejumlah dengan anggota keluarga. Artinya, 34,6 persen penduduk harus
bergantian Alquran dengan anggota keluarga lainnya.
Kewajiban kita terhadap
Alquran ada lima yaitu membaca (tilawah) mentadaburi, menghafal (tahfiz), mengajarkan (taklim) dan mengamalkannya.
Inilah yang hendaknya kita lakukan terhadap panduan hidup kita.
Banten sebagai juara umum
merupakan kesenjangan yang terjadi pada masyarakat kita. Yang bagus sangat
bagus, yang kurang sangat kurang. Berarti ini hanya segelintir orang yang
sangat menguasai membaca Alquran.
Kondisi ini kontras dengan
animo masyarakat jika diadakan pelaksanaan MTQ. Dimana pelaksanaannya selalu
ramai diminati. Pawai yang semarak pun digelar untuk menyongsong kegiatan MTQ.
Namun, kemungkinannya, motivasi besarempelajari Alquran hanya pada beberapa
orang tertentu saja, belum menyentuh ke masyarakat bawah.
Alquran merupakan solusi
bagi umat untuk memulihkan dan bangkit dari keterpurukan. Bahkan, krisis di
negeri kita bisa diatasi jika kita berpedoman pada kitab suci kita.
Jika kita bercermin pada
generasi para sahabat, Sayyid Quth dalam buku Ma'alim Fi Ath-Thariq (Petunjuk
Jalan yang Menggetarkan Jiwa) mengatakan ada tiga faktor utama yang membedakan
generasi mereka terdahulu dengan generasi sekarang. Pertama, sumber rujukannya
adalah Alquran dan steril dari manhaj atau sistem lain. Kedua, mereka
mempelajari Alquran untuk mengamalkannya, sedangkan generasi sekarang mengkaji
Alquran dengan orientasi tradisi dan publikasi. Ketiga, saat mereka masuk islam
dan mendapat Alquran, seketika itu pula mereka melepaskan seluruh
kejahiliyahan, sedangkan generasi sekarang terus menerus dalam kejahiliyahan,
bahkan berada pada kejahiliyahan yang semakin mengenaskan.
Umat islam akan mundur
ketika meninggalkan Alquran. Banyak ilmuwan non-muskim yang mendapatkan
temuan dari ayat di dalam Alquran.
Sungguh ironi jika kita malah jauh dari sumber ilmu pengetahuan.
Kita juga bisa bekerja sama
dengan komunitas pecinta Alquran, One Day One Juz (ODOJ), sebagai upaya
membiasakan warganya membaca Alquran. One Day One Juz (ODOJ) adalah
program yang diinisiasi oleh para Alumni Rumah Qur’an untuk memfasilitasi dan
mempermudah kita dalam tilawah Al-Qur’an dengan targetan 1 juz
sehari. Dengan memanfaatkan Instant Messager, tilawah 1 juz sehari jadi
lebih menyenangkan dan lebih termotivasi (www.onedayonejuz.org).
Setiap anggotanya punya
kewajiban untuk khatam satu jyz tiap hari. Selain itu, ODOJ punya produk ODALF
(one day one half juz), ODOL (One Day One Lembar) dan ODOJ Kids Star (Selalu
tilawah Alquran). ODOJ juga banyak kemudahan. Dengan manajemen yang bagus, setiap anggota komunitas ini dimotivasi
untuk senantiasa berinteraksi dengan Alquran setiap hari. Saat ini, anggota
ODOJ mencapai ratusan ribu yang tersebar di seluruh Indonesia bahkan luar
negeri.
Membumikan Alquran di Banten
bukan hanya tugas pemerintah, tapi juga tugas kita semua. Bukan hanya dalam
upaya merubah hasil survei, melainkan agar negeri kita diberkahi oleh Allah.
Post a Comment for "MEMBUMIKAN ALQURAN DI BANTEN "
Kata Pengunjung: