Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Waspada Pornografi Dalam Game


Anak-anak sejak Sekolah Dasar sudah terpapar pornografi. tajuk Kabar Banten pada Rabu (4/4) menyatakan 91,58 persen siswa sekolah dasar terpapar pornografi. Data ini merupakan laporan Kemenkes pada akhir tahun 2017 yang dipublikasikan pada Maret 2018. Pornografi memang sudah menyasar hingga anak-anak. Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Yuliandre Darwis, menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara lima besar pengakses video porno (Tribunnews.com). 

Sebelumnya, di sosial media beredar seorang anak perempuan dengan santainya menonton tayangan video porno lewat handphone di keramaian publik, sementara ibunya ada di sampingnya. Kejadian ini merupakan sebuah fakta bahwa pornografi sudah sedemikian massifnya. Salah satu faktor yang menyebabkan pornografi tersebar dengan massif karena adanya kemudahan internet. Saat ini tarif untuk menikmati akses internet begitu murah. Berbagai provider menyediakan paket data yang sangat-sangat terjangkau. Di sisi lain, memang internet harusnya didapat dengan mudah. Sebagai implikasi perkembangan teknologi yang semakin berkembang pula.
Selain itu, pintu masuk pornografi adalah adanya game online. Perkembangan game online semakin  pesat. Hampir setiap pekan dirilis game online terbaru. Hal ini membuat kita harus jeli dalam memilih game online yang membawa pengaruh positif dan negative bahkan merusak. Pada dasarnya game adalah permainan. Sekadar untuk hiburan saja. Mayoritas game online mengandung unsur pornografi mulai dari tampilan karakter dengan pakaian yang memperlihatkan bagian tubuh yang terlarang hingga penamaan game tersebut. Jika kita cermati, secara sengaja atau tidak, penamaan  game ada yang mengindikasikan pada pornografi.
Suatu ketika saya kaget ketika siswa saya ramai membicarakan game ML. Ternyata game yang dimaksud adalah game Mobile Legend. Sebuah game online yang diciptakan oleh Shanghai Moonton Techonology. Game berbasis petualangan ini menyuguhkan sebuah kompetisi yang ketat dan menantang. Segera saja game ini menjadi popular bagi para gamers. Mengalahkan game online lain yang ada sebelumnya. Namun yang menjadi perhatian saya adalah tentang penamaan game ini. Pada orang dewasa, akronim game ini akan menunjukkan hal yang berbeda. Satu lagi, seorang ibu rumah tangga merasa geli dengan kejadian yang dialaminya. Suatu hari dia menemukan anaknya sedang meributkan sebuah CD bersama teman-temannya. Saat membaca judul CD itu, sang ibu sudah hendak marah. Judul CD itu adalah CD Bokep. Namun marah itu ditahannya. Rencanya dia akan melampiaskan marah saat si anak sudah memutar CD itu. Tapi kemarahan itu urung. Berganti dengan tawa geli. Rupanya CD itu adalah CD Bocah Kepo yang disingkat dengan CD Bokep. Sang ibu merasa ‘untung’ tidak segera marah. Dan kemudian justru tertawa.
Namun jika kita cermati, bahaya juga dengan kejadian seperti itu. Khawatir, jika sudah menjadi kebiasaan, kita tidak bisa mengantisipasi dan membedakan antara video bokep ‘Bocah kepo’ dengan video bokep seperti biasanya. Dikira video bocah kepo, kemudian kita biarkan, eh ternyata video bokep pornografi. Maka langkah bijak bagi kita adalah mengupayakan anak kita terbebas dari hal-hal yang berbau pornografi, termasuk yang ‘hanya’ menyerempet seperti akronim game tadi.
Pornografi ini sangat berbahaya. Bahkan kerusakan otak yang ditimbulkannya lebih parah dari narkoba. Dr Mark Kastelmen, penulis buku The Drugs of The Millenium memberi nama pornografi sebagai visual crack cocain atau narkoba lewat mata. Pornografi merusak bagian otak manusia yaitu pre frontal cortex (PFC) yang membuat seseorang sulit membuat perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan. Pendeknya, pornografi membuat seseorang menjadi bodoh.
Kemajuan teknologi memang menjadi tantangan yang berat. Kehadiran gawai canggih dengan harga murah membuat siapa saja dapat mengakses internet dengan murah dan mudah. Sementara, konten internet banyak jebakan pornografi. situs-situs yang menyajikan urusan kelamin itu seperti tidak habis dibasmi. Pemblokiran situs porno telah dilakukan sejak kementerian Komunikasi dan Informatika dipimpin oleh Tifatul Sembiring. Saat itu, pihaknya mengatakan sudah ada satu juta situs porno diblokir. Namun tetap saja ada situs porno yang tidak bisa diblokir. Situs porno pun ibarat tumbuhnya jamur di musim hujan. Begitu cepat muncul dan ada lagi. Dan situs porno memang sangat diminati oleh pengguna internet. Terbaru, kementerian Komunikasi dan Informasi telah menggunakan mesin pengais (crawling) konten negatif atau disebut ‘Ais’. Kominfo mengklaim telah berhasil menjaring 120 ribu situs porno. Sebanyak 10 ribu alamat web yang dinyatakan bermuatan pornografi telah dibekukan.
Namun demikian bukan berarti permasalahan ini tuntas. Faktanya, muncul lagi dan muncul lagi. Sebab pornografi juga urusan bisnis. Ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan. Mereka berbisnis pornografi. Maka mereka tidak mau usahanya berhenti. Mereka pun tetap gencar mengupayakan pornografi tetap ada dan meluas.
Belum lagi serangan pornografi dari televisi melalui tayangan-tayangan sinetron yang mengumbar percintaan atau hubungan asmara antara laki-laki dan perempuan. Stasiun televisi berlomba menyuguhkan program sinetron yang merusak moral anak bangsa. Berbagai adegan tidak mendidik seperti gaya hidup bebas, hedonis, dan kekerasan. Karakter anak muda yang serba ingin tahu dan mencoba hal yang baru, merupakan konsumen yang potensial bagi pebisnis sinetron.
Persoalan pornografi ini bukan masalah sepele. Terbukti pemerintah dengan kemampuan biaya untuk menanggulanginya ternyata belum cukup berhasil menghapus konten pornografi di internet.
Disinilah pentingnya menjaga internet sehat. Peran keluarga sangat penting dalam hal ini. Orang tua jangan mudah memfasilitasi gawai kepada anak-anak. Hanya sekadarnya. Anak-anak hanya memiliki hak pakai, dan bukan hak milik. Hanya pinjam. Sewaktu-waktu bisa diambil atau dikembalikan pada orang tua. Selain itu, orang tua juga perlu memonitor penggunaan gawai itu. Apa saja yang dicari anak di internet itu. Orang tua harus tahu dan ikut mendampingi anak-anak bermain game. Jika didapati konten game yang berbahaya atau mengandung pornografi dan kekerasan sebaiknya tegas untuk membentenginya. Orang tua pun harus melek teknologi supaya bisa melakukan peran ini.
Supadilah, Guru di SMA Terpadu Al-Qudwah, Lebak, Banten. Aktivis Indonesia Membaca.

Post a Comment for "Waspada Pornografi Dalam Game"