Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Antiklimaks Liverpool



Melihat kiprah Liverpool di pentas Liga Champions musim 2017/2018 publik berspekulasi The Reds bakal meraih tropi Kuping Besar.
Ditambah dengan sejarah, klub yang terbanyak mencetak gol bakal jadi juara, musim ini pun Liverpool sudah memenuhi syarat itu. Di musim 2015/2016 Real Madrid jadi juara dengan torehan 27 gol, terbanyak dari lawannya di final, Atletico Madrid. Di musim 2016/2017, Madrid menjadi finalis paling produktif dengan 32 gol. Nah, di musim 2017/2018 Liverpool sudah mengoleksi 40 gol saat ke Kiev, Ukraina.


Berbagai ulangan sejarah yang terjadi di tahun 1981 memihak pada Liverpool. Berbagai peristiwa cocoklogi menghasilkan kesimpulan Liverpool juara di final kala bersua dengan Real Madrid. Mulai dari menikahnya pangeran Inggris, terpilihnya kembali Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri Malaysia, dan klub London yang meraih gelar Piala FA.

Jelas, pasukan Jurgen Klop menatap final Kiev dengan percaya diri yang tebal. Trio maut Firmansah (Firmino, Mane, Salah) telah mengkreasikan 46 gol itu dipercaya akan memberikan penampilan yang tidak kalah garang.

Namun hasil akhir final dini hari tadi adalah penampilan antiklimaks bagi Liverpool. Penyebabnya tidak lain pertahanan utama the Reds yang menampilkan kegugupan. Blunder konyol yang dilakukan kiper Karius sehingga Benzema tidak susah payah mencetak gol

Begitu juga dengan gol salto Bale yang memperlihatkan ketidaksiapan Karius mengantisipasi gol. Hingga gol ketiga Real Madrid yang juga dicetak Bale adalah karena tangan Karius yang tidak sempurna menghalau bola.


Mau tidak mau, Karius jadi sorotan. Kiper berkebangsaan Jerman itu memang bukan pihak yang paling disalahkan. Yah, keluarnya Salah akibat cidera sangat memengaruhi daya serang Liverpool. Namun setidaknya gol yang dibuat Madrid cukup memudahkan Madrid untuk menang.

Kedigdayaan Liverpool pun berakhir dengan tragis. Padahal selama musim liga Champions, mereka tampil trengginas. Tidak pernah kalah, dan tim paling produktif.


Di fase grup E, Liverpool meraih tiga menang dan tiga imbang. Bahkan, tiga kemenangan yang diraih lewat skor yang sangat-sangat meyakinkan.

Liverpool mengalahkan Maribor 7-0 dan 3-0, begitu juga Spartak Moskow yang disikat 7-0. Kemenangan telak juga disabet Liverpool di leg I 16 besar Liga Champions saat bersua FC Porto. Bahkan, juara premier leage, Manchester City pun dibuat keok dengan 3 gol tanpa balas sewaktu bertanding di Anfield. Liverpool hanya merasakan satu-satunya kekalahan ketika melawan Real Madrid, dan itu terjadi di partai final. Segala macam ilmu cocoklogi dan ulangan sejarah pupus di atas lapangan. Benar. Bola tidak melulu itung-itungan di atas kertas. Dibumbui faktor lucky, pertandingan ditentukan oleh mental dan kerja keras tim di lapangan.


Post a Comment for "Antiklimaks Liverpool"