Bercermin Pada Guru Untung
Tahun ini diadakan pemilihan guru inspiratif pada lingkungan Kementerian Agama. Terdapat 5 guru inspiratif yang terpilih. Salah satunya adalah guru Untung. Beliau merupakan seorang guru yang luar biasa.
Sumber foto : Radar Islam
Membaca kisah beliau patutlah kiranya kita menjadikan beliau teladan.
Meskipun memiliki keterbatasan fisik, tidak menghalanginya untuk memberikan kontribusi mendidik generasi muda bangsa.
Sewaktu kecil, guru Untung telah kehilangan kedua tangannya sejak lahir. Sewaktu sekolah, guru Untung menulis dengan kaki. Saat teman-temannya duduk di bangku, guru Untung duduk di meja untuk memudahkan beliau menulis.
Saat ini beliau telah menjalani profesi menjadi guru selama 15 tahun di sebuah madrasah Ibtidaiyah dan madrasah Tsanawiyah di Desa Batang-Batang Kecamatan Batang, Sumenep Madura.
Dalam kondisi normal, mengajar di depan kelas bukan pekerjaan yang gampang apalagi dilakukan dengan ketiadaan kedua tangan. Tentunya memerlukan perjuangan yang tidak ringan.
Ketika mengajar di depan kelas, guru Untung menggunakan satu kaki untuk menulis, sementara satu kaki yang lain digunakan untuk menopang tubuhnya.
Menurut guru Untung menjadi guru bukanlah merupakan cita-citanya. Namun dia menjadi guru karena merasa terpanggil ketika pesantren kekurangan guru. Guru Untung sendiri merupakan lulusan SMPN Batang-Batang dan lima tahun belajar di pesantren salafiyah. Namun beliau percaya diri membaktikan diri untuk menjadi guru.
Ketika awal mengajar timbul tanda tanya pada siswa apakah guru Untung dapat mengajar tanpa memiliki kedua tangan. Namun akhirnya guru Untung mampu membuktikan bahwa tanpa ketiadaan tangan beliau dapat mengajar dengan baik. Bahkan tulisan guru Untung sangat bagus.
Dari mengajarnya guru Untung mendapatkan honor 200 ribu per bulan di MTS dan dari Madrasah Ibtidaiyah menerima 380 ribu perbulan. Meskipun jauh dari kata cukup tetapi honor tersebut disyukurinya.
Guru Untung tetap optimisme menghadapi hidup walaupun dalam kondisi yang serba kekurangan. Ah, penulis merasa, jika kita membandingkan dengan guru Untung, rasanya tidak ada apa-apanya. Betapa kita jauh lebih beruntung dari guru Untung namun kadang lupa untuk bersyukur. Kita dikaruniai Anggo tubuh yang lengkap namun kadang tidak bersemangat menjalankan kewajiban pekerjaan kita. Kiranya kita yang dilimpahi fasilitas hidup yang memadai bahkan lengkap sering kali kurang menunjukkan kinerja yang maksimal. Juga ada banyak guru yang mendapat gaji yang cukup besar bahkan sangat besar namun kurang menunjukkan prestasi yang sejalan dengan fasilitas gaji itu.
Para guru hendaknya bercermin pada beruntung tentang keikhlasan dan kegigihan.
Menjadi guru honor dengan honor yang jauh dari kata cukup apalagi sejahtera tidak menghalangi beliau untuk memberikan pengabdian sepenuh hati kepada pendidikan. Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk terus berbagi ilmu memberikan inspirasi kepada para generasi muda.
Guru yang biasa-biasa saja menceritakan. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang unggul mendemonstrasikan. Guru yang sangat luar biasa itu yang mengilhami. (William Arthur Ward). Guru Untung telah sukses menjadi guru yang menginspirasi. Itu dilakukannya jauh sebelum mendapatkan anugerah Guru Inspiratif.
Ada manusia yang menyerah dengan keterbatasan fasilitas yang dimiliki. Dia tidak mau berusaha, menyerah dengan keadaan. Namun ada juga orang yang menganggap keterbatasan menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi dan ditaklukan. Guru untung adalah tipe manusia yang kedua. Ayo, jangan 'kalah' dengan guru Untung.
Membaca kisah beliau patutlah kiranya kita menjadikan beliau teladan.
Meskipun memiliki keterbatasan fisik, tidak menghalanginya untuk memberikan kontribusi mendidik generasi muda bangsa.
Sewaktu kecil, guru Untung telah kehilangan kedua tangannya sejak lahir. Sewaktu sekolah, guru Untung menulis dengan kaki. Saat teman-temannya duduk di bangku, guru Untung duduk di meja untuk memudahkan beliau menulis.
Saat ini beliau telah menjalani profesi menjadi guru selama 15 tahun di sebuah madrasah Ibtidaiyah dan madrasah Tsanawiyah di Desa Batang-Batang Kecamatan Batang, Sumenep Madura.
Dalam kondisi normal, mengajar di depan kelas bukan pekerjaan yang gampang apalagi dilakukan dengan ketiadaan kedua tangan. Tentunya memerlukan perjuangan yang tidak ringan.
Ketika mengajar di depan kelas, guru Untung menggunakan satu kaki untuk menulis, sementara satu kaki yang lain digunakan untuk menopang tubuhnya.
Menurut guru Untung menjadi guru bukanlah merupakan cita-citanya. Namun dia menjadi guru karena merasa terpanggil ketika pesantren kekurangan guru. Guru Untung sendiri merupakan lulusan SMPN Batang-Batang dan lima tahun belajar di pesantren salafiyah. Namun beliau percaya diri membaktikan diri untuk menjadi guru.
Ketika awal mengajar timbul tanda tanya pada siswa apakah guru Untung dapat mengajar tanpa memiliki kedua tangan. Namun akhirnya guru Untung mampu membuktikan bahwa tanpa ketiadaan tangan beliau dapat mengajar dengan baik. Bahkan tulisan guru Untung sangat bagus.
Dari mengajarnya guru Untung mendapatkan honor 200 ribu per bulan di MTS dan dari Madrasah Ibtidaiyah menerima 380 ribu perbulan. Meskipun jauh dari kata cukup tetapi honor tersebut disyukurinya.
Guru Untung tetap optimisme menghadapi hidup walaupun dalam kondisi yang serba kekurangan. Ah, penulis merasa, jika kita membandingkan dengan guru Untung, rasanya tidak ada apa-apanya. Betapa kita jauh lebih beruntung dari guru Untung namun kadang lupa untuk bersyukur. Kita dikaruniai Anggo tubuh yang lengkap namun kadang tidak bersemangat menjalankan kewajiban pekerjaan kita. Kiranya kita yang dilimpahi fasilitas hidup yang memadai bahkan lengkap sering kali kurang menunjukkan kinerja yang maksimal. Juga ada banyak guru yang mendapat gaji yang cukup besar bahkan sangat besar namun kurang menunjukkan prestasi yang sejalan dengan fasilitas gaji itu.
Guru Untung ibarat pelita yang menyinari gelapnya dunia pendidikan kita.
Para guru hendaknya bercermin pada beruntung tentang keikhlasan dan kegigihan.
Menjadi guru honor dengan honor yang jauh dari kata cukup apalagi sejahtera tidak menghalangi beliau untuk memberikan pengabdian sepenuh hati kepada pendidikan. Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk terus berbagi ilmu memberikan inspirasi kepada para generasi muda.
Guru yang biasa-biasa saja menceritakan. Guru yang baik menjelaskan. Guru yang unggul mendemonstrasikan. Guru yang sangat luar biasa itu yang mengilhami. (William Arthur Ward). Guru Untung telah sukses menjadi guru yang menginspirasi. Itu dilakukannya jauh sebelum mendapatkan anugerah Guru Inspiratif.
Ada manusia yang menyerah dengan keterbatasan fasilitas yang dimiliki. Dia tidak mau berusaha, menyerah dengan keadaan. Namun ada juga orang yang menganggap keterbatasan menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi dan ditaklukan. Guru untung adalah tipe manusia yang kedua. Ayo, jangan 'kalah' dengan guru Untung.
Post a Comment for "Bercermin Pada Guru Untung"
Kata Pengunjung: