Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tragedi Lupa Ulang Tahun, Janji Yang Tak Kesampaian, dan Berkah Dua Robot

Milad (ulang tahun) Sulung kami di tahun ini bisa dibilang 'tragedi'. Meskipun kami menyengaja tidak merayakan dengan tiupan lilin, balon, atau kue tapi kami biasanya ingat hari lahir anak-anak. Kemudian, mengucapkan selamat dan sedikit menu makan atau camilan yang berbeda dari biasanya. Atau, makan di luar.

Namun bertepatan dengan dua hari sebelum hari raya, beberapa kali iktikaf di masjid, membuat kami lupa. Bukan pula karena isteri sibuk membuat kue lebaran karena memang jarang sekali kami bikin kue lebaran. Prinsip kami, waktu di ramadan itu sangat berharga. Sayang kalau dipakai 'hanya' membuat kue. Kami aliran simpleisme, cukup dengan beli saja.

Atas tragedi itu, justru ibu kami yang mengingatkan.

'Selamat ulang tahun mas Jundi. Semoga jadi anak yang soleh, pinter, dan sayang sama adek'

Begitu doa eyang putri. Mengagetkan kami yang kebetulan sedang duduk-duduk di ruang depan. Seketika mata kami membesar. Dan pura-pura ingat juga. Padahal tidak. Hehe...

Kalimat selanjutnya, terdengar sangat jelas.
'Eyang kirim, lho. Sebagian buat mas Jundi'

Selesai ditelpon, saya bilang ke istri, bagaimana juga, uang kiriman itu adalah hak Jundi.


Sejak sebulan lalu, mas Jundi ngebet pengen beli robot. Tak tanggung-tanggung, robot tiga yang bisa dipasang sekaligus. Tidak tahu berapa harganya. Kemudian saya memberikan tantangan.

Mas Jundi akan dibelikan robot dengan syarat tidak jajan sampai lima hari. Mas Jundi menyanggupi. Tapi ternyata cukup berat dijalaninya. Satu hari setelah kesepakatan itu, mas Jundi sukses tidak jajan. Eh hari kedua gagal. Hari ketiga dan seterusnya pun gagal.

Penyebabnya kadang mas Jundi lebih memilih jajan yang harganya sepersekian dari harga robot. Kadang tak habis pikir juga.

Padahal jika ditotal uang jajan lima hari tidak ada apa-apanya dibandingkan untuk beli robot. Karena kadang mas Jundi jajan permen atau chocolatos yang tidak lebih dari gopek saja.

Maka kesepakatan itu pun batal. Mas Jundi minta keringanan. Tidak lagi lima hari, tapi tiga hari saja. Saya meluluskan permintaannya. Perhitungannya akumulasi hari. Mas Jundi sudah dapat satu hari, jadi tinggal dua hari saja.
Dan kebetulan, saat miladnya, pas dua hari mas Jundi lulus dua hari berturut-turut tidak jajan.

Sulung pun berhak mendapat robot idamannya. Sore harinya, kami pergi ke toko mainan. Isteri dan bungsu ikut. Untuk si bungsu dapat mobil-mobilan sesuai ketertarikannya dengan mainan itu.

Sebetulnya, sejumlah uang untuk beli mainan itu tidak terlalu besar. Cukuplah uang di dompet. Namun kami ingin mengajarkan pada anak, bahwa untuk mendapatkan sebuah kesenangannya harus dengan pengorbanan. Bahwa tidak selalu apa yang diinginkan ada seketika.

Ternyata, di toko mainan itu mas Jundi malah milih robot R (pemadam kebakaran) yang harganya 40 persen lebih murah dari robot tiga itu. Saya pun tersenyum lebar. 



Namun ternyata, adil menurut kami, tidak berjalan sesuai harapan. Belakangan, si bungsu sering minjam robot mas Jundi. Kesimpulan selanjutnya, beli mainan harus sama. Supaya tidak saling rebutan.

Tentu si bungsu maunya menang. Tak paham harus mengalah. Saya bilang si bungsu harus dibelikan robot yang sama. Si sulung dengar, dia mau ganti robot. Robotnya dikasih ke bungsu.

Si sulung pun dapat merasakan dua robot baru. Senang bukan kepalang. Antusias sekali.  Mau berangkat pun sandal saya disiapkan. Bergegas, abi. Untungnya, meski hari lebaran, toko mainan buka.
Kali ini, sulung beli robot T (pesawat) dengan harga yang sama.



Di rumah, saya kembali mengajarkan, saat dibelikan sesuatu, bersyukur kepada Allah.
"Alhamdulillah ya Allah. Karena rezeki Allah yang dititipkan sama Abi, aku dapat beli robot"

Post a Comment for "Tragedi Lupa Ulang Tahun, Janji Yang Tak Kesampaian, dan Berkah Dua Robot"