Memaksimalkan Liburan Keluarga Dengan Aktivitas Berkualitas
Liburan merupakah
hal yang sangat menyenangkan bagi banyak orang. Banyak manfaat dari liburan
seperti menyegarkan pikiran, mengurangi kesuntukan, mengisi kembali semangat
hidup, menjalin silaturahmi, dan lainnya. Tentu manfaat liburan berkaitan
dengan tempat tujuannya.
Nah, beberapa waktu
lalu, kami sekeluarga berliburan ke Jogjakarta mengunjungi saudara. Perjalanan
yang sangat ditunggu oleh keluarga kami karena jarang-jarang liburan bareng.
Jundi (5 tahun) dan Firaz (2 tahun) sangat
antusias naik kereta api. Kami pesan tiket dua bulan sebelum
keberangkatan. Pesannya online saja. Kami pilih harga tiket sesuai dengan budget traveling keluarga.
Liburan ke Jogja
kami tempuh dengan empat jenis kendaraan. Dari rumah ke stasiun Rangkasbitung
pakai sepeda motor selama 5-10 menit. Dari Rangkasbitung ke stasiun Tanah Abang
pakai Commuter Line selama 2 jam. Di stasiun Tanah Abang transit, pindah
kereta jurusan stasiun Pasar Senen.
Di stasiun Pasar
Senen, kami menunggu 3 jam lebih. Keberangkatan pukul 16.45 WIB, pukul 13.00
WIB kami sudah di stasiun Pasar Senen. Prinsip kami, biarlah nunggu lama
daripada buru-buru di jalan. Anak-anak terus bertanya kapan berangkatnya. Untuk
mengusir kebosanan kami mengajak mereka bermain.
Perjalanan 18 Jam Tanpa Gawai
Total perjalanan
kami lebih dari 18 jam. Selama itu, anak-anak tidak sedikitpun main hape. Bagi saya
ini sebuah prestasi besar. Sebab, sekarang ini tidak aneh lagi anak-anak kecanduan main hape.
Bagaimana caranya? Pertama, lakukan pengkondisian sebelum berangkat Buat komitmen
dengan anak-anak agar tidak maen hape selama di jalan
atau di rumah saudara. Pengondisian ini dimulai sekitar dua hingga tiga
hari bahkan sepekan sebelum berangkat.
Dijelaskan pula alasannya. Misalnya,
kalau anak-anak kebanyakan main hape bikin pusing. Atau, sibuk
main hape saat ada saduara itu kurang sopan.
Alhamdulillah, si sulung mengerti. Di jalan, anak pun ingat,
kadang minta main hape. Namun saat diingatkan, mereka akan paham juga.
Kedua, bawa bekal dengan buku,
makanan, dan mainan agar anak punya alternatif aktivitas. Bawa buku yang
disukai anak misalnya komik atau buku dongeng. Waktu itu anak saya
bawa buku Rahasia Makanan.
Kalau anak bosan dibacakan buku, saya ajak main tebak koin, main gelitikan, atau gelut-gelutan. Orangtua harus siap dengan
energi yang banyak melayani anak.
Tertidur karena kecapaian
Alhamdulillah, langkah ini berhasil. Bukan hanya saat
berangkatnya, saat pulangnya pun anak tidak main hape. Padahal, di jalan banyak
anak yang juga main hape. Bahkan di sebelah kami duduk ada anak seusia anak
kami yang terus lekat dengan hape.
Silaturahim menjadi efektif karena mereka tidak
teralihkan memiliki ‘dunia sendiri’ karena sibuk main hape. Kan percuma liburan
kalau akhirnya sibuk dengan hape masing-masing.
Namun tidak kalah
penting adalah keteladanan dari
orangtua. Orangtua juga jangan sibuk sendiri dengan hape-nya. Kan aneh, kalau orangtua melarang anaknya maen
hape, sementara dia lebih sering melihat hape daripada anak.
Perbanyak Bermain
Silaturahmi bersama keluarga besar merupakan momen yang
langka. Makanya harus dimanfaatkan betul. Kami selalu menganjurkan agar anak bermain
dengan saudara-saudaranya. Saling mengenal, bermain bersama. Agar mereka kelak
bisa tahu bahwa mereka saling bersaudara.
Ciptakan keakraban
dengan saudara. Main mobil-mobilan, berenang, tembak-tembakan, ngasih makan ikan,
dan lainnya. Meski kadang berantem sampai nangis juga tak apa. Semacam pemanis dalam bersaudara.
Mengobrol Menguatkan Keakraban
Keluarga besar kami
terpisah. Saya di Banten, orangtua di Jambi. Karena itu, liburan ke Jogja
menjadi ajang temu kangen kami dengan keluarga kami. Silaturahmi di Jogja
menjadi ajang pelepas kangen. Kami seringnya ngobrol. Bertanya kabar,
pekerjaan, perkembangan usaha, atau wejangan tentang kehidupan dan keluarga.
Kebiasaan mengobrol merupakan
hal penting bagi kami. Keakraban menguat dengan mengobrol. Komunikasi merupakan
hal terpenting dalam sebuah keluarga. Ditemani kopi, teh dan camilan membuat
obrolan seru dan mengasyikkan.
Kuliner Idaman
Setiap kali ke
tempat Simbah, kami selalu menantikan kuliner khas Jogja. Apa saja yang khas
itu? Untuk minuman biasanya wedang uwuh, bir pletok, dan teh khas Simbah. Sedangkan
untuk makanan kami menunggu mides (mie pedes), abangan, cenil, bakpia, dan
gudeg.
Makanan atau minuman
bukan sekadar rasa, tetapi juga kenangan yang menyertainya. Saat menyantap
kuliner, terbayanglah masa kanak-kanak kami yang masih ndeso, sederhana tapi bahagia
tanpa beban.
Kami juga suka
berburu jamu. Bukan sembarang jamu. Biasanya, kalau beli jamu hanya tinggal
tuang ke gelas. Simbok jamu ini meracik dulu. Kita melihat langsung tangan
keriputnya ngulek-ngulek jamu! Kalau tidak biasa bisa jijik.. Kalau sudah biasa
mah santai aja. Seperti halnya kami. Kalau simbahnya lewat, kami segera
mencegat.
Main Ke Pantai
Bermain sangat penting untuk pertumbuhan anak. Diyakini
psikomotorik mereka akan berkembang pesat dengan melakukan permainan. Banyak
pelajaran yang diambil dari permainan. Belajar mengatasi kesulitan, tantangan,
memaknai kekalahan, dan lainnya.
Untuk mengatasi kebosanan, kami pergi ke pantai
Parangtritis. Jaraknya tidak jauh dari rumah Simbah. Hanya sekitar 15 menit
saja. Kami berangkat pagi-pagi untuk menghindari macet.
Sampai di sana kami biarkan anak-anak bermain pasir dan
main air. Biarlah berkotor-kotor asalkan anak dapat pengalaman dari alam.
* * *
Nah, itu sekelumit pengalaman liburan murah meriah keluarga kami. Setiap
keluarga tentu punya cara dan tujuan liburan yang berbeda pula. Sudah siap
merasakan liburan yang berkualitas versi Anda? Jangan lupa siapkan segalanya
dengan itinerary terbaru Anda. Selamat liburan. #liburanmurahmeriah
Supadilah
Saya juga kalau ada waktu liburan sering memilih untuk pulang ke kampung halaman. Senang sekali rasanya bisa berkumpul dengan keluarga yang telah lama tidak berjumpa. Selain untuk menjalin silaturahmi biasanya liburan di kampung halaman juga saya jadikan untuk wisata kuliner makanan khas yang ada di daerah saya
ReplyDeleteBetul mbak. Meskipun keluar banyak biaya, tapi bertemu dengan keluarga bisa menjadi pengobatnya. Apalagi jika ketemu sama kuliner yang menjadi kenangan. Beuh...
ReplyDelete18 jam perjalanan tanpa gawai, ih keren mbak. Ada banyak cara memang buat anak anteng di perjalanan tanpa gawai.
ReplyDeletealhamdulillah, PP nggak megang hape. hehe..semoga istiqamah begini ya mbak
DeleteMembuat anak agar tidak bermain gawai itu benar-benar butuh usaha ya bang. Memang anak suka minta hape kalau bosan, jadinya orang tua mesti aktif mengalihkan perhatian anak dengan kegiatan lain yang menyenangkan.
ReplyDeleteBtw, jadi pengen liburan yang hemat juga
bener akh, kudu punya banyak stok kegiatan dan pengalihan perhatian. hehe...semoga bisa dilain waktu
Delete"Orang tua harus siap dengan energi yang banyak untuk melayanai anak" Nah, perihal ini nih yang kadang susah buat emak-emak hehe. Badan udah capek karena pekerjaan domestik, ditambah rewel ya Allah. harus banyak belajar sabar. Alhamdulillah yang penting anak sehat dan aktif bukan?
ReplyDeletebetul mbak. dikira kita sebagai orang dewasa, pasti punya energi lebih banyak dari anak-anak. nyatanya...orang dewasa sering tidak mampu meladeni anak-anak
DeleteSaya dan keluarga kalau liburan cukup ke tengah kota disana terdapat tempat wisata yang sangat asyik.
ReplyDeleteselamat berlibur Koh, hehe...
Deletesenang tentunya bisa liburan dengan keluarga
seruu banget caranya hihi, apalagi yang tanpa gadget, jadi anak gak akan kesel ya karena ibu bapaknya free gadget bisa full sama anak-anak. mau ah diterapin, makasih infonya.
ReplyDeleteterima kasih juga mbak...
Delete18 jam tanpa gawai... hebat... jadi kualitas kebersamaannya semakin baik... tapi sayangnya saat ini kita harus stay at home dulu beberapa waktu hingga reda wabah yang sedang melanda
ReplyDeleteya mas. tentu disesuaikan dengan kondisi. saat di rumah, dengan kondisi begini, apalah daya. namun saya lebih memilih memberikan laptop ke anak daripada hape
DeleteKalo sekarang liburannya sementara distop dulu ya mas. Lagi musim virus. Huhuhu. Saya pun tak sabar ini mau explore Surabaya dan Madura. Jadinya harus pending demi kesehatan keluarga.
ReplyDeletewah iya nih. dengan kondisi begini, liburan ditunda,
DeleteMenghirup udara segar dan suasana keakraban khaa pedesaan memang bikin kangen.
ReplyDeletebener mbak, banyak back to nature lah sekarang ini
DeleteYang kami lakukan, biar anak ngga bete saat liburan, menentukan lokasi dan objek wisata udah sepersetujuan anak-anak. Termasuk udah bareng-bareng liat via internet...
ReplyDeleteYa kadang sih, anak tetep rewel .. hahaha. namanya juga anak-anak.
hehe..iya mas. supaya tidak kemana-mana liburannya, sesuai dengan kesepakatan
Deleteliburan dan berwisata memang kegiatan yang sangat menyenangkan, selain untuk untuk refreshing juga bisa untuk menjaga kebersamaan. apalagi kalau kita bebaskan dari gadget, kita bisa benar-benar menikmatinya
ReplyDeletebenar mas, kalau sibuk dengan gadget, kurang maksimal liburannya
DeleteSeru ya kalau liburan ke kampung, memang paling enak ketika main sama anak tampa gadget ya, emak bapaknya ya jgn sibuk sama gadget jg hihi
ReplyDeletebener mbak. perlu ada kesamaan komitmen
DeletePenasaran dengan teh si Mbahnya nih. Lama saya tidak ke Yogya. Selalu ngangeni untuk berkunjung ke sana
ReplyDeletejogja selalu ngangenin hehe
DeleteAsyiknya dekat rumah SImbah Parangtritisnya. Anak-anak kalau dibiasakan traveling dari kecil bakal tahan nanti jalan kemanapun. Insya Allah bisa silaturahmi dan menyegarkan pikiran.
ReplyDeleteSenangnya melakukan perjalanan via kereta. Moda transport favorit saya. BTW pengen banget nyoba jamunya.
ReplyDeletewah kebetulan kalo ke Jogja itu malah belum pernah k Parangtritisnya ini deh, padahal bisa nikmatin gumuk pasirnya dan bener sih kalo liburan itu harus jauh dari gawai (tapi godaan untuk mengkonten itu warbiyasak haha)
ReplyDeleteWah family quality time banget ini. Ngajak anak-anak explore dan dan bel dari alam. Momen-momen gini kadang harus diciptakan ya
ReplyDeletePerlu diterapkan nih, 18 jam tanpa gawai. Pasalnya anak sekarang sudah untuk jauh dari gawai.
ReplyDeleteMungkin salah satu caranya mereka disibukkan dgn pengalihan kegiatan lain yg Lebih bermanfaat
aku dan keluarga kalo liburan naik gunung, selain menambah rasa kebersamaan dan bisa melihat ciptaan allah yang sempurna (ALAM)
ReplyDeleteTraveling bawa anak-anak memang butuh persiapan ekstra ya, termasuk mempersiapkan kegiatan untuk anak selama perjalanan. Perjalanan 18 jam tanpa gawai ini luar biasa lho
ReplyDeleteBener banget pak guru, orangtua harus punya extra energi kalau mau buat anak lepas gadget. Kadang orangtua nya juga yg sudah kecanduan hp dan malas berkreativitas, alhasil begitu dibiarkan aja hehehe
ReplyDeleteNice sharing
Saya termasuk yang masih nggak takut bawa anak-anak untuk perjalanan jauh. Soalnya si bungsu belum 2 tahun. Takut hectic banget nanti hehehh.
ReplyDeleteTernyata pulang kampung itu seru banget ya, khususnya saat hunting kuliner.. duh sedapnya momen paling mantap
ReplyDeletetulisannya rapi, blognya juga rapi.. suka! penulisnya guru yg blogger. mantap dah!
ReplyDeletePerjalanan dari rumah ke stasiun jauh juga ya,Kak. Salut untuk kesabaran anak - anak selama perjalanan. Buahnya adalah liburan menyenangkan bersama keluarga. Pasti sangat berkesan ya ��
ReplyDeleteSeru banget ya 18 jam perjalanan banyak banget itu yang bisa dilakukan sama anak-anak. Perjalanan sama anak saya meski lama juga selalu menyenangkan karena ada saja tingkahnya hihi. Semoga selepas wabah bisa liburan lagi ya mas.
ReplyDelete