Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Komunikasi Yang Tepat, Separuh Masalah Selesai.


"Satu hal yang cukup sulit dilakukan adalah memberitahu orangtua (tentang bahaya Corona). kalau nasihati teman, lebih gampang. Kalau orangtua sendiri, itu lebih sulit."


Demikian curhat seorang peserta pada seminar “Komunikasi Empati di Era Pandemi Covid 19” yang diadakan pada 28 April kemarin. Hal ini ditanggapi oleh Nurudin AB, selaku pemateri kegiatan ini.

“Memang Tidak gampang nuturi orangtua, sebab orangtua biasanya suka ngmong tidak mau mendengarkan.”

Dosen Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak melahirkan buku ini menyoroti pemerintah yang gagal atau gagap dalam berkomunikasi menghadapi pandemi.

“Dari Januari lalu kan sudah ada informasi dari ahli di Universitas Indonesia bahwa Indonesia harus waspada juga dengan Corona yang sudah melanda di negara lain. Tapi reaksi pemerintah dan tokoh kan macam-macam. Ada yang bilang Corona ndak akan masuk di Indonesia karena orang Indonesia suka minum jamu. Corona nggak bisa masuk ke Indonesia lantaran perizinannya ketat, dan lainnya.”

Padahal, lanjutnya, komunikasi yang tepat, separuh masalah selesai.
“Dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam mengambil kebijakan. sebab, daerah kan banyak tergantung sama pusat. Kalau daerah mengeluarkan kebijakan lalu dibatalkan sama pemerintah kan jadinya membingungkan masyarakat.”

Banyak peserta yang ikut dalam diskusi yang dilakukan lewat aplikasi zoom itu. Salah satunya ada mahasiswa yang sedang kuliah Jerman. Di kesempatan bertanya itu, oleh Pak Nurudin malah dikasih kesempatan berbagi tentang cara pemerintah Jerman menghadapi pandemi Corona.

“Kesiapan pemerintah Jerman sangat terlihat. Pemerintah menjamin ketersediaan bahan logistik untuk warganya.”

Kembali ke Indonesia, terhadap kebijakan pemerintah, penting untuk adanya kritik. Dengan berbagai caranya sendiri.

“Kritik menemukan jalannya sendiri. Pemenrintah pasti punya kelemahan. Kritik gunanya agar pemerintah bisa semakin baik. Dan cara orang berkritik berbeda-beda. Maka jangan takut untuk mengkritik”

Penulis buku terbarunya Agama Saya Adalah Uang ini juga menekankan pada orangtua agar selektif dengan asupan tontonan anak. Penting untuk mengurangi menonton televisi.

“Menjauhkan televisi sebagai bentuk empati kebutuhan terhadap anak dalam jangka panjang. Kalaupun punya tivi, agar tivi tidak di dekat dengan tempat berkumpul.  Orangtua harus memberikan contoh. Saatnya belajar, matikan tivi, butuh keberanian.”



Hal ini menimbang karena tontonan televisi kita yang jauh dari kebermanfaatan, lebih pada sifatnya hiburan, dan banyak kesia-siaan pada tayangannya. Nah, bagus juga tuh, idenya.

Secara keseluruhan, materi ini bagus, memberikan penguatan bagaimana kita bersikap dengan pandemi Corona. Tidak menggampangkan, tidak pula bertindak aneh-aneh terutama waspada berita hoaks.

Tak hanya mendapatkan ilmu diskusi, peserta juga berkesempatan mendapatkan5 buku gratis dibagikan.

2 comments for "Komunikasi Yang Tepat, Separuh Masalah Selesai."