SMAT Al Qudwah Gelar Seminar Pendidikan Nasional
Banyak siswa yang bingung setelah lulus sekolah. Antara lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja. Agar tidak bingung dengan hal ini, harus disiapkan sejak dini. Dalam rangka mempersiapkan siswa setelah lulus sekolah, SMA Terpadu Al Qudwah mengadakan webinar nasional bertajuk Malam Pertama Paska Sekolah (MPPS).
Acara yang digagas oleh lembaga kesiswaan OSIS, MPK, dan Rohis SMA Terpadu Al Qudwah ini menghadirkan pemateri lintas negara yaitu Ruli Renata (praktisi pendidikan), Faris Ibrahim (mahasiswa Universitas Al Azhar, Kairo) dan Diki Dermawan (Mahasiswa Universitas Internasional Islam, Malaysia).
Faris Ibrahim dan Diki Dermawan merupakan alumni SMA Terpadu Al Qudwah. Acara berlangsung Rabu-Kamis (16-17 Desember 2020).
Acara dibuka oleh ketua bidang Human and Capital Management Yayasan Qudwatul Ummah KH Samson Rahman, MA. Beliau mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. “Sebagai batu lompatan untuk melangkah lebih jauh menyiapkan hidupnya. Belajarlah dengan maksimal untuk mengukir sejarah dengan cara yang tidak biasa. Ubah kemungkinan menjadi kesuksesan.”
Sebagai moderator yaitu Abdirrohman, alumni SMA Terpadu Al Qudwah yang sekarang kuliah di Universitas Lampung (Unila) dan Maulana Rifki (siswa kelas XII SMA Terpadu Al Qudwah).Ada ratusan peserta yang menyimak baik itu lewat google meet maupun kanal Youtube SMA Terpadu Al Qudwah.
Faris Ibrahim menyatakan kalau paska sekolah bukan berarti menjadi bebas. “Ada yang beranggapan sekarang bebas tidak terikat dengan peraturan. Padahal orangyang tidak bisa menentukan batas kebebasan akan kelimpungan. Pemikiran bebas itu sehingga merusak dirinya sendiri.”
Hal yang tak boleh diabaikan, adalah menjaga agar tidak krisis moral atau akhlak, lalu memiliki visi global. “Kita harus berpikiran luas agar dapat mengikuti perkembangan di sekitar kita. Mampu beradaptasi agar tidak tertinggal dan memiliki banyak pengetahuan yang bermanfaat.”
Diki Dermawan menegaskan bahwa apapun impian kita harus ada aksi. “Kemauan tanpa aksi hanya omong kosong. Pahami kemampuan diri. Rancang impian untuk 5-10 tahun ke depan. Lakukan apa yang menjadi prioritas. Sejatinya dalam hidup itu kita selalu belajar dan belajar terus sampai ajal menjemput.”
Ruli Renata menyatakan bahwa setiap individu memiliki potensi unik. “Kenali dan gali potensi yang ada dalam diri kita. Jangan membatasi potensi yang kita miliki. Asah dan kembangkan potensi diri.”
Menanggapi adanya perbedaan dengan orang tua atas pilihan anak, Ruli menjawab bijak. “Solusi yang terbaik adalah mengkomunikasikan tentang hal tersebut dengan cara yang baik dan benar. Orang tua bukannya memaksakan kehendak kepada anak. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi sukses. Tapi kadang kemauan orang tua tak sejalan dengan anak. Maka di sini anak harus bisa memberikan alasan lalu bertanggung jawab atas pilihan itu.”
“Penyakit orang-orang gagal adalah berdalih ketika kita memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu. Maka kita harus memaksimalkannya karena penyesalan adalah hal-hal yang kita tidak lakukan ketika kita punya kesempatan,” pungkasnya.
Seminar pendidikan nasional diselenggarakan dengan sangat meriah.
ReplyDelete