Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Menilik Beratnya Peran Dokter di Saat Pandemi

 Buah ceri buah delima
Sambil bersantai enak dimakan
Jaga diri dari korona
Dengan patuh protokol kesehatan

Saat pandemi akibat Covid-19, apakah pembaca takut-takut kalau keluar rumah? Kalau saya iya. Agak takut-takut. Minimal waspada, ya. Sebab, virus ini tidak terlihat. Jadi kita bisa saja terkena, tanpa tahu asalnya dari mana.
Jadi kalau tidak penting banget, jarang keluar rumah.

 

Tapi tidak semua orang yang bisa di rumah saja. Ada banyak hal yang mengharuskan mereka keluar rumah. Terutama karena tugas dan pekerjaan. Wah, bayangkan mereka yang harus keluar rumah di tengah ancaman terus yang cukup cepat penyebarannya.

Mungkin kalau bisa memilih mereka akan tinggal di rumah saja. Tapi kan banyak sekali dalam kehidupan, kita dipilihkan tidak bisa memilih. Tetap harus keluar rumah saat pandemi. Salah satunya adalah dokter. 

Malah, mungkin dokter itu orang yang paling besar menghadapi bahaya Covid-19. Mereka harus bertemu langsung dengan orang-orang sakit. Bahkan mungkin bertemu dengan orang yang positif Covid-19.

Jumat, 29 Oktober saya dapat kesempatan Live YouTube bersama Berita KBR dengan tema Lika Liku Peran Dokter Di Tengah Pandemi dengan host Rizal Wijaya. Acara ini berlangsung dari pukul 09.00 – 10.00 WIB.


 

Dalam diskusi yang menghadirkan dr Ardiansyah,Pengurus Ikatan Dokter Indonesia dan dr. Udeng Daman, Technical Advisor NLR Indonesia ada beberapa informasi yang membuat saya tercengang, lho.

Oh iya, dalam diskusi itu ada juga penanganan kusta di tengah pandemi.

Tentu penasaran kanan dengan penanganan kusta di Indonesia. Kabarnya kusta ini kan penyakit yang begitu ditakuti. Dalam kondisi normal saja orang banyak menganggap seperti itu. Lalu, bagaimana saat pandemi?

 

Rasio jumlah dokter di Indonesia terbilang sangat rendah yaitu sebesar 0,4 per 1.000 penduduk. Ini berarti bahwa hanya terdapat 4 dokter untuk melayani 10.000 penduduk. Padahal, idealnya, perbandingan rasio dokter menurut WHO adalah 1 dokter per 1.000 penduduk.

Saya bertanya dalam hati. Lho bukankah setiap tahun perguruan tinggi mewisuda sarjana kedokteran? Ribuan atau puluh ribuan jumlahnya kalau seluruh Indonesia. Nah, dari dr. Ardiansyah saya dapat jawabannya.

Dikatakannya, proses jadi dokter yang tidak mudah. Ada fase panjang pendidikan profesi dokter yang membuat jumlah dokter masih terbilang minim.

dr Ardiansyah mengatakan bahwa Indonesia butuh 270 ribu dokter. Sekarang masih kurang sekitar 70-an ribu dokter.

Dan jumlah ini semakin mengkhawatirkan di saat pandemi Covid-19. Ya, hampir 2 ribu tenaga kesehatan berguguran.

Tentu saja kondisi ini membuat layanan kesehatan menjadi tidak optimal. Sebab barisan dokter yang berada di garda terdepan itu semakin sedikit.

 

Dokter memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat dan negara. Jumlah dokter sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan. Saat pandemi, dokter menghadapi bahaya yang tidak bisa dipandang remeh.

“Manusiawi kalau takut terpapar. Tapi ini sudah jadi konsekwensi profesi,” katanya.

 Tantangan Penanganan Kusta Selama Pandemi

dr Udeng mengatakan penanganan kusta di daerah terpencil menjadi semakin berat. Apalagi, kusta di daerah terpencil, tidak selalu ada dokter, menjadi tantangan besar bagi negara. Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama terutama pemerintah dalam mencari solusinya.

Lalu bagaimana pelacakan kasus kusta di daerah terpencil?

dr. Udeng mengatakan harus ada mapping dan pencatatan yang rapi di puskesmas terutama kasus baru. Selain itu, petugas kesehatan harus ditingkatkan kapasitasnya.

Penempatan dokter-dokter di daerah terpencil punya tantangan. Tantangannya bisa jadi tidak ada dokter di daerah terpencil itu. Bisa jadi bukan masalah kesejahteraan tetapi juga keamanan, pendidikan keluarga, dan lainnya.

Paramedis pun diharapkan bisa bisa mengobati hingga paripurna. Mereka harus punya keterampilan mengobati kusta yang pengobatannya bisa 6-12 bulan lamanya.

dr. Ardiansyah mengingatkan pentingnya kesadaran dalam menjaga protokol kesehatan. Karena itulah peran paling besar agar mobilitas tidak tinggi sehingga penyebaran dapat dikurangi atau dihilangkan.

Mudah-mudahan pendistribusian dokter ke daerah terpencil bisa dilakukan dengan lebih baik sehingga kesehatan masyarakat di daerah-daerah tersebut bisa ditingkatkan. Mudah-mudahan tenaga kesehatan termasuk dokter diberikan keselamatan dalam bertugas. Terima kasih untuk para dokter di Indonesia.

 

Post a Comment for "Menilik Beratnya Peran Dokter di Saat Pandemi"