5 Alasan Memilih Sekolah Alam Untuk Anak
Setiap orang tua pasti berharap bisa memberikan pendidikan terbaik untuk anaknya. Tidak perlu sekolah mahal atau penuh prestasi. Yang penting anak itu cocok dengan sekolah itu. Sepakat ya?
Saya dan istri punya komitmen menyekolahkan anak di sekolah alam. Padahal, dari sejarah pendidikan, kami mantap di sekolah formal. Bahkan saat ini saya mengajar di sebuah sekolah dan istri saya mengajar sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi. Tapi mengapa anak kami dimasukkan ke sekolah non formal?
Lalu mengapa saya menyekolahkan anak di sekolah non-formal? Pertimbangannya sederhana saja. Karena anak kami suka dengan sekolah itu. Sebelumnya kami sudah survey ke beberapa sekolah.
Ada 3 sekolah yang kami datangi. Sempat pula mengobrol dengan pihak sekolahnya. Sekolah ini termasuk favorit di daerah kami. Tapi anak kami lebih memilih sekolah alam ini.
"Di ilalang aja. Nanti bisa naik kereta. Bisa naik MRT. Jalan-jalan ke sawah. Juga ke sungai," kata anak saya.
Ternyata ada teman mainnya yang sudah sekolah di sana. Dari cerita temannya yang berapi-api, seru, dan menyenangkan itulah yang membuat dia termotivasi. Makanya 3 sekolah yang didatangi tak mampu menarik hati.
Namun kami tak langsung menyetujui permintaan anak. Kami pun berdiskusi hingga beberapa hari. Juga meminta pertimbangan kepada kakek-neneknya. Alhamdulillah, keduanya juga seorang guru di sekolah negeri malah setuju dengan keinginan sang cucu.
Sekolah alam itu baru berdiri. Umurnya 3 tahun. Siswanya hanya belasan anak. Beberapa hal inilah yang membuat kami mantap menyekolahkan anak di sekolah alam.
Pertama, siswanya belum banyak
Anak pasti mendapatkan perhatian lebih banyak dari guru karena satu guru mengampu beberapa anak saja. Bandingkan dengan sekolah formal. Satu guru harus mengawasi 10 hingga 20 siswa. Bahkan ada yang lebih. Maka, perhatian guru pasti kurang maksimal.
Kedua, sekolah berbasis minat bakat
Ini yang tidak kalah penting. Kalau sejak kecil sudah tahu minat dan bakat tentu bisa memaksimalkan minat dan bakatnya itu. Kan banyak orang yang tidak tahu apa minat dan bakatnya. Bahkan sampai dewasa atau tua masih bingung. Padahal kalau sudah tahu apa minat dan bakatnya kan bisa dimaksimalkan sehingga bisa menjadi pribadi yang jauh lebih baik.
Ketiga, banyak kegiatannya
Semakin banyak kegiatan semakin bagus buat anak. Semakin banyak bergerak motorik anak semakin bagus. Anak juga banyak mendapatkan pengalaman dari kegiatannya itu. Pengalaman yang mungkin tidak akan didapatkan di dalam kelas. Pengalaman itu yang sangat berharga sebagai bekal dalam kehidupannya.
panen kacang panjang (sumber foto: dokumentasi ilalang)
Keempat, belajar kecakapan hidup
Di sekolah, anak belajar banyak hal yang related dengan kehidupannya seperti memasak, piket, keterampilan seperti mencuci, menyetrika, menjahit, dan lainnya.
Ya, anak-anak seringkali melakukan keterampilan itu di sekolah kan itu bermanfaat buat kehidupannya.
Kalau sekolah formal mungkin tidak bisa merasakan aktivitas seperti itu. Sekilas kita bisa mikir pekerjaan itu kan ada yang mengerjakannya. Anak-anak perlu dikenalkan dan bisa mengerjakan keterampilan itu. Daripada tidak pernah melakukannya bisa-bisa anak kaku atau bahkan tabu mengerjakan keterampilan itu.
Kelima, pendidikan berbasis komunitas
Setiap orang tua dilibatkan dalam pendidikan anak-anak yang ada dalam sekolah itu. Orang tua diajak untuk memenuhi tanggung jawab dan kepedulian terhadap pendidikan anak-anak yang ada dalam sekolah itu.
Sesuai dengan yang diharapkan anak saya menemukan berbagai kegiatan seru. Salah satunya naik kereta api. Sehingga sekarang sudah tiga kali naik kereta. Anak-anak naik kereta api merupakan pengalaman yang menyenangkan. Anak mana sih yang gak suka kereta api. Melihatnya saja senang sekali. Apalagi naik kereta api.
Namun karena pandemi, hingga sekarang belum merasakan MRT. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa naik MRT.
Selain itu, anak bisa merasakan camping. Melakukan perjalanan jauh menikmati bermalam di udara terbuka dengan menggunakan tenda merupakan pengalaman yang sangat mengesankan. Selama 3 hari 2 malam berpisah dari orang tua. Melihat dari dokumentasi yang dikirimkan fasilitator, kelihatannya sangat seru dan menyenangkan. Ada mandi di sungainya juga.
Kegiatan Riset Menumbuhkan Literasi Digital
Selain kegiatan diatas ada juga kegiatan di sekolahnya. Salah satunya adalah riset. Ketika mendengar informasi anak-anak diminta melakukan riset saya langsung berdecak kagum.
anak-anak main di sungai (sumber foto: dokumentasi ilalang)
"Anak-anak diminta melakukan riset, lho." Kata istri di sore itu.
"Riset apaan ini?"
"Riset apa aja. Intinya menggali informasi tentang satu hal, secara mendalam, bisa lewat wawancara atau baca literatur."
Kegiatan yang keren nih anak-anak dibiasakan melakukan riset. Berguna juga untuk menumbuhkan literasi informasi. Bagus untuk menumbuhkan daya kritis anak-anak. Jadi mereka bisa mendapatkan informasi secara utuh dan mendalam. Sikap kritis seperti ini bisa banget menghindarkan mereka dari kabar bohong atau hoax.
Nah, kebetulan anak saya suka dengan olahraga sepak bola. Sedang musim musimnya di lingkungan rumah. Dia juga mengidolakan beberapa pemain bola. Langsung aja tentang riset ini mau mereset tentang pemain sepak bola idolanya.
Seperti apa riset yang dilakukan? Kira-kira seperti ini.
Kegiatan survei ini berlangsung lancar di rumah ada internet stabil dari IndiHome yang sangat membantu kegiatan riset. Kami memanfaatkan internet stabil mencari informasi tentang Cristiano Ronaldo. Dan nggak harus ngetik, bisa menggunakan pencarian suara.
Kalau dipersentase, sekitar 80% keberhasilan dalam riset ini. Dengan melakukan riset ini, anak menjadi tahu informasi tentang sepakbola. Dan yang tidak kalah penting, anak menjadi tahu bagaimana cara mendapatkan informasi itu.
Inilah manfaat internet yang membantu aktivitas sehari-hari. Apalagi saat pandemi harus melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Untungnya, PJJ ini bisa dilakukan dengan sukses berkat internet stabil dari IndiHome. Pandemi membuat kita bersama-sama merasakan tantangan luar biasa. Internet menyatukan Indonesia membuat kita sama-sama menghadapi tantangan itu. Kondisi tidak bisa diubah, sikap kita yang harus menyesuaikan.
Ke rumah sudah berlangganan IndiHome sejak Februari 2020. Sejak ada IndiHome sebagai internet menyatukan Indonesia menjadi andalan dalam berbagai aktivitas. Kalau di rumah saya ada tiga orang yang sangat membutuhkan akses internet stabil. Saya membutuhkan internet untuk mengajar daring. Istri saya juga begitu. Sementara anak saya lebih ke mengerjakan tugas-tugas dari sekolahnya maupun mendapatkan hiburan dari internet.
ilustrasi memanfaatkan internet (sumber foto: Canva)
Banyak hal serba digitalisasi. Dari sekian banyak kebutuhan, internet menyatukan Indonesia benar-benar dirasakan.
Untuk kebutuhan silaturahmi dengan keluarga besar yang berada di daerah lain, kita bisa menggunakan video call. Kita juga bisa menggunakan kan aplikasi yang sederhana seperti WhatsApp video saja. Keluarga saya memang terpisah dari keluarga besar. Jarak yang mengisahkan membuat kangen rumah maupun keluarga. Tapi kan tidak bisa kapan saja pulang ke rumah. Jadi menelpon lewat video bisa menjadi pengobat kerinduan itu. Internet menyatukan Indonesia membuat jarak semakin tidak berarti.
Dalam memilih keputusan menyekolahkan anak di lembaga non-formal kita harus konsisten. Kita juga sudah tahu resikonya bahwa nanti kalau ingin mendapatkan ijazah juga harus mengikuti penyetaraan.
Di awal kami juga bertanya kepada pihak lembaga apakah bisa mendapatkan kesetaraan. Siapa tahu di jenjang pendidikan selanjutnya anak ingin belajar di sekolah formal. Untungnya memang bisa ada penyetaraan ijazah. Nanti kalau sudah 6 tahun sekolah di ilalang, bisa mengikuti kejar paket A.
Mudah-mudahan orang tua bisa memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya. Apapun jenis sekolahnya, pendidikan dalam keluarga merupakan hal yang terpenting. Semoga tulisan ini bermanfaat. Silahkan bagikan agar semakin banyak yang mendapatkan manfaat dari tulisan ini. Terima kasih.
Keren....tulisannya sangat menginspirasi kita,betul sekali sekolah alam bagus untuk perkembangan IQ. Hanya rata2 masyarakat awam ingin memasukkan ke sekolah umum,sekolah alam biayanya mahal
ReplyDeleteHehe., iya Emak. sepakat. banyak kegiatan yang bermanfaat. Mudah-mudahan anak enjoy aja di sekolah itu ya
DeleteBanyak kelebihan jika anak-anak bersekolah di sekolah alam , anak-anak diajak langsung terjun ke alam sehingga mereka belajar learning by doing, research secara langsung sehingga mereka mendapat kan pengalaman secara langsung yang bisa mereka tuangkan lewat tulisan
ReplyDeleteAsyik nih, anak punya minat ke sekolah alam. Pasti bisa menikmati. (Terima kasih ilmunya, Pak)
ReplyDeleteTerima kasih juga sudah berkunjung Bu. Alhamdulillah, seru nih sekolahnya. hehe
DeleteAdik bontot sy juga memilih menyekolahkan anak di sekolah alam, tentu dg berbagai pertimbangan. Semoga ananda Pak Padil menjadi anak yg soleb, cerpas dan terampil
ReplyDeleteIya Ambu? Wah. seru ya. Mudah-mudahan di mana pun sekolah tetap maksimal dan bahagialah.
DeleteSekolah alam sepertinya asyik sekali. Anak lebih dekat ke alam dengan pengalaman langsung yang dirasakannya. Bahkan bagi anak barangkali terasa seperti bermain
ReplyDeleteLuar biasa tulisannya sangat menginspirasi
ReplyDeleteAsyiknya bisa belajar sambil bermain. Seru. Di sini belum ada sekolah alam, jadi orang tua yang harus memanfaatkan alam sekitar untuk belajar anak. Alhamdulillah masih di daerah pedesaan, jadi cukup banyak yang bisa dieksplor.
ReplyDeleteSenangnya belajar di sekolah alam. Suka dengan belajar kecakapan hidupnya.
ReplyDeleteSemoga ananda menjadi anak yang Sholeh, cerdas dan terampil.
Iya Bu. Banyak kegiatan. Jadi itulah yang membuat senang n kita pun kalau banyak kegiatan di sekolah bakal seru juga kali ya
DeleteSekolah Alam .
ReplyDeleteMantap. Anak belajar dari Pengalamannya.
Luar Biasa.
Sukses buat Ananda, Pak.
Terima kasih banyak Bu. Mudah-mudahan pada betah
DeleteSak Jose buat Pak Guru Padil
ReplyDeleteMakasih Pak
ReplyDelete