Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bangga Jadi Relawan. Berkarya Untuk Negeri




Tahun baru identik dengan kegembiraan dan perayaan. Namun, tahun baru 2022 bagi  masyarakat  kabupaten Lebak Provinsi Banten malah menjadi kedukaan. Masyarakat kabupaten  Lebak Provinsi Banten dikejutkan  dengan banjir bandang dan longsor pada awal tahun 2020. Tepatnya pada Rabu,1 Januari 2020.

Banyak daerah yang terkena banjir. Ada 30 desa dalam 6 kecamatan yang terdampak yaitu kecamatan Sajira, Maja, Cipanas, Curug Bitung, Cimarga, dan Lebakgedong. Ada 10 korban meninggal dan 1 orang dinyatakan hilang.

Jarak tempat tinggal saya ke daerah terdampak sekitar dua jam perjalanan. Tapi karena pekerjaan, saya tidak bisa segera ke sana untuk membantu. Ternyata musibah itu luar biasa dampaknya. Bahkan ditetapkan menjadi bencana nasional. Ada pengungsi mencapai 3.227 KK yang tersebar di delapan pos pengungsian. Jumlah bangunan rusak mencapai 3.105 unit  meliputi 1.410 rumah rusak berat, 421 rusak ringan, dan 1.110 rumah terdampak lumpur. 

Sarana umum pun banyak yang mengalami kerusakan seperti 19 sarana pendidikan, 27 kantor pemerintahan, 28 unit jembatan, dan jalan amblas dengan kedalaman 40 meter.

Karena tidak bisa ke sana langsung, saya ikut kegiatan sekolah mengumpulkan donasi untuk penyintas banjir. Ya, sekolah kami mengadakan galang dana. Dengan bantuan OSIS sekolah yang menggalang dana di sekolah dan tempat umum kami mendapatkan sejumlah dana. Kemudian dana itu disalurkan lewat lembaga kemanusiaan milik sekolah. Mudah-mudahan bisa membantu meringankan musibah yang dialami oleh saudara-saudara kami. Aamiin.

Pengumpulan dana di TK (dokumentasi lembaga relawan sekolah)


Pengumpulan dana di SD (dokumentasi lembaga relawan sekolah)


Pengumpulan dana di SMA (saya paling kiri)

Setelah ada kesempatan, saya pun ikut terjun ke lokasi bencana. Bergabung dengan lembaga kemanusiaan milik sekolah yang juga menerjunkan relawan ke sana. 

Oh iya. Kenalkan saya Supadilah. Saya guru SMA di kabupaten Lebak Provinsi Banten. Saya bergabung ikut membantu membersihkan rumah-rumah dan sarana umum dari lumpur atau air. Dari sana saya dapat pelajaran yang berharga. Bahwa, menjadi relawan itu harus punya strategi dan kerja sama. Bahwa modal semangat pun belum cukup. Kenapa begitu?

Setibanya di lokasi banjir yang sudah satu pekan itu, saya bersama 12 orang lainnya menuju ke sebuah desa. Di sana sudah ada TNI, Polisi, dan relawan lainnya. Mereka sedang membersihkan akses jalan agar bisa dilewati. Dengan semangat 45 saya dan dua orang teman masuki sebuah rumah.

Pikir kami lebih baik berpencar saja agar bisa bagi-bagi tugas dan cepat dapat membersihkan tempat yang lebih luas.

“Kita kerjakan di rumah ini saja. Sepertinya belum tersentuh,” ajak teman saya.

“Betul juga. Kasihan yang punya rumahnya sepertinya sudah lama tidak bisa ditempati,” balas saya.

Di dalam rumah itu memang benar-benar berantakan. Ada kursi sofa yang sudah terbalik dan penuh lumpur. Ada tas berserakan yang juga penuh lumpur. Lantai rumahnya sangat lengket saking tebalnya rumput. Kami bertiga mau mengangkat sofa agar bisa dikeluarkan. Ternyata berat sekali.

Kami baca cangkul. Lalu hendak mengerok lumpur di dalam rumah. Masya Allah…tebalnya. Cangkul tidak berarti apa-apa. Mau mengangkat benda-benda lain juga berat karena lumpur yang teramat tebal. Belasan menit kami ada di dalam rumah yang sudah tidak ada penghuninya itu. Tanpa bisa melakukan apa-apa.

Akhirnya kami keluar. Bergabung dengan relawan lainnya. Kami juga berbaur dengan TNI membersihkan akses jalan. Ternyata kerja sama lebih ringan. Jadi individualis di lokasi bencana itu tidak menghasilkan apa-apa. Hanya capek sendiri.

Saya ikut mengangkat lumpur, pasir, atau benda lainnya. Ada yang mengumpulkan lalu ada yang membuangnya. Nantinya gantian antara yang pegang cangkul atau membuangnya. Supaya tidak bosan dan bergantian kerja ringan atau beratnya.


Saya ikut mengangkut puing-puing material bawaan banjir (dokumentasi pribadi)


Kerja di lokasi bencana benar-benar berat. Sangat menguras tenaga karena material banjir berupa lumpur itu sangat berat. Lengket dicangkul makanya sulit kerja cepat.

Bahkan TNI saja yang badannya besar-besar juga banyak orangnya pun kerjanya seperti tidak banyak menghasilkan. Satu jam itu hanya empat sampai lima meter membersihkan jalan. Jadi tidak bisa tuh cepat-cepat pengen mendapatkan hasil. Kita harus sabar dalam mengerjakannya.

Agar tidak jenuh kami bekerja dengan ikhlas dan senang. Ada yang sering melempar humor. Lalu bisa sambil berkenalan dengan relawan yang datang dari kota lain bahkan provinsi lain. Suasana kekeluargaan dan kebersamaannya luar biasa.

Ada juga sekelompok ibu-ibu membuka posko yang menyediakan minuman dan makanan. Saya lihat ada dua sajian di sebuah posko itu yaitu Posko Hangat dan Posko Segar. Posko Hangat menyediakan kopi, teh, susu, dan lainnya. 

 

Posko segar dan posko hangat (dokumentasi pribadi)

Sedangkan Posko Segar menyediakan buah-buahan seperti pisang, semangka, jeruk, dan lainnya. Salut buat mereka yang mau ambil bagian yang bahkan mungkin tidak terpikirkan oleh orang. Mereka menyediakan makanan dan minuman untuk relawan dan penyintas banjir. 

Suka Duka Jadi Relawan. Mudah-Mudahan Berbuah Pahala

Saya di sana selama dua hari saja. Menjadi relawan memang harus berkorban. Mulai dari korban tenaga, waktu, dan biaya. Para relawan juga meninggalkan keluarga dan anak-anak. Namun, semua itu pengorbanan demi kemanusiaan. Mudah-mudahan menjadi pahala bagi relawan dan keluarganya.

Namun, sukanya jauh lebih banyak. Bertemu dengan relawan lainnya, bertambah pengalaman, bertambah teman, bisa berkunjung ke daerah-daerah di Indonesia, dan lainnya. Tentu saja yang paling membahagiakan adalah bisa menolong atau membantu saudara-saudara yang terkena bencana. Melihat kebahagiaan mereka yang dibantu, seakan kelelahan langsung sirna.

Banjir juga bencana lainnya menimbulkan korban yang sangat besar. Bahkan kondisinya bisa belum pulih walaupun sudah seminggu bahkan sebulan. Kadang akses ke lokasi musibah sulit dijangkau sehingga bantuan pun sulit disalurkan.

Saat bencana banjir di Lebak itu , Banten mengatakan, saat ini warga sangat membutuhkan bantuan. "Tidak peduli siapa yang memberikan. Saat ini kondisinya darurat. Dampak musibah itu membuat warga menderita banyak kehilangan. Bantuan apapun sangat berarti," kata salah seorang warga.

 

Mereka ingin agar bantuan segera berdatangan. Sebab mereka tidak bisa kemana-mana. Banyak warga yang kehilangan rumah.

 

Ada yang rumahnya selamat tetapi tidak punya waktu untuk mencari makanan keluar daerahnya. Mereka harus menyelamatkan barang-barang yang tersisa, membersihkan rumah mereka dari lumpur dan air, atau mencari anggota keluarga yang belum ketemu.Kondisi ini masih terjadi hingga 10 hari pascabencana.





Tampakan daerah terdampak banjir setelah 44 hari bencana (dokumentasi pribadi)

Bahkan saya ke sana lagi setelah 44 hari bencana, tepatnya di desa Susukan, Kabupaten Lebak, kondisinya juga masih memprihatinkan. Rumah-rumah warga masih banyak yang tidak bisa ditinggali, penuh lumpur dan rusak di sana-sini. Mereka kemana? Ada yang mengungsi ke rumah saudaranya, ada juga yang terpaksa tinggal di tenda darurat.

Karena itu, saat ada musibah bencana, sangat penting kita saling membantu. Bahwa kita harus ikut membantu. Baik menjadi relawan langsung maupun relawan mengumpulkan dana bantuan. Yang penting kita bisa memberikan kontribusi meringankan musibah yang mereka alami.

 

Kalau tidak bisa terjun langsung bisa juga menggalang dana. Baik itu di sekolah, di jalan, di masjid bahkan menggalang dana secara virtual atau online saja. Ya, zaman sekarang menggalang dana secara online sudah biasa. Media sosial pun bisa jadi alat untuk menunjukkan kepedulian terhadap bencana yang dialami saudara-saudara kita. Bisa juga dengan memanfaatkan komunitas hobi, organisasi profesi, organisasi kedaerahan, dan lainnya. Pun, kita bisa mengadakan berbagai kegiatan seperti pertunjukan, bazar, lelang, konser kemanusiaan, dan lainnya. Apapun bisa dilakukan oleh Anak-anak Juara dalam berkarya untuk bangsa.

Saat menjadi relawan pula saya merasakan persahabatan sesama relawan. Pemerintah daerah, lembaga-lembaga kemasyarakatan, perusahaan, lembaga-lembaga kemanusia, TNI dan lainnya saling bersinergi memberikan bantuan. Bahkan terlihat saat di jalan-jalan menuju lokasi bencana. Mereka saling memberikan jalan dan mendahulukan kendaraan yang membawa bantuan menuju lokasi bencana. Bangga sekali pernah menjadi relawan merasakan pengalaman yanng sangat berharga.

 

Semua saling bantu tanpa pandang agama, suku, budaya, ekonomi, dan lainnya. Kita peduli kepada siapa saja. Hanya demi sebuah kemanusiaan. Gotong royong menjadi budaya dan kekuatan bangsa kita. Karena itu, harus kita pertahankan.

“Mereka yang bukan saudaramu dalam iman adalah saudaramu dalam kemanusiaan,” Ali bin Abi Thalib.

Indonesia sering disebut negara supermarket bencana karena termasuk negara yang rentan dengan berbagai bencana alam. Mulai tsunami, tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, dan lainnya. Kondisi ini karena secara geografis, Indonesia terletak di wilayah ring of fire atau cincin api yaitu rangkaian gunung berapi sepanjang 40.000 km dan situs aktif seismik yang membentang di Samudra Pasifik.

Bukan berarti berharap bencana, tetapi ke depan bisa saja Indonesia mengalami bencana lagi. Indonesia masih butuh relawan. Butuh anak-anak juara dari bangsa ini untuk saling bantu menunjukkan empati dan kontribusi kepada negeri. Mudah-mudahan dengan itu kita bisa terus maju sebagai bangsa yang besar. Aamiin.

* * *

Nah, itu secuil pengalaman saya saat jadi relawan banjir di kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Punya cerita atau opini tentang tentang kerelawanan? Ceritakan yuk di kolom komentar.


#RelawanKebaikan 

#RelawanKemanusiaan 

#BerbaktiUntukNegeri

 

 

 

32 comments for "Bangga Jadi Relawan. Berkarya Untuk Negeri"

  1. salut deh Pak, menginspirasi, banyak hal yang dapat dilakukan ya pak, jika memang berniat membantu sesama, dapat berupa tenaga, dana, peralatan medis dan lainnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kak. Dulu beberapa kali pernah jadi relawan. Ada suka dukanya. Tapi membantu orang itu benar-benar membahagiakan. Mudah-mudahan anak juara di Indonesia ini punya jiwa relawan. Aamiin

      Delete
  2. Replies
    1. Terimakasih banyak Pak. Mudah-mudahan kita sehat selalu

      Delete
  3. Replies
    1. Terima kasih banyak Ustadz. Mohon doa agar bisa terus konsisten jadi orang yang bermanfaat. Aamiin

      Delete
  4. Terimakasih banyak Ustadz. Semoga kita semua dalam lindungan Allah. Aamiin

    ReplyDelete
  5. Pak Guru satu ini sangat menginspirasi sekali bagi generasi muda. jadikan aku muridmu pak Supadilah... hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe .. bisa aja Kak nih. Alhamdulillah karena ada kesempatan sih. Semoga kita bisa jadi orang yang bermanfaat untuk sesama. Aamiin

      Delete
    2. aamiin.. nah betul pak, sebaik-baiknya manuasia adalah dapat bermanfaat bagi sesama.. maju terus pak, semoga tetap menjadi suri tauladan yang baik bagi generasi muda.

      Delete
  6. Saya jadi relawan waktu aktivitas di Korp sukarela kampus. Rasanya gimana gitu dan memang empati kita yang diuji. Gak pamrih dan pastinya pahala yang didapat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah. Keren kak. Memang ada suka dukanya. Tapi dengan bisa membantu orang itu jadi kebahagiaan yang luar biasa

      Delete
  7. Hal lain dari cikgu Padil yang sangat inspiratif. Tapi emang jadi relawan itu candu ya pakguruuu. Aku gini-gini pernah lho dua kali ikutan Kelas Inspirasi jadi tenaga pendidik, tapi ya emang gitu, kurang berbakat hahahaha. Jadi kangen ikut kegiatan macem gini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah. Keren kak Arai.. sepertinya dia kali itu udah ngelotok lah modal jadi relawannya. Yuk diteruskan. Hehe .. makasih sudah bersilaturahim Kak...

      Delete
    2. Kemaren pas udah mulai Kelas Inspirasi lagi sempet mau daftar sih cikgu. Tapi kok ya keinginan duniawi lain menghalangi hahaha, bakal cari waktu lagi sih ikutan kegiatan relawan gini

      Delete
  8. Proud Teacher, salute, menginspirasi sehingga bisa menjadi contoh, tidak hanya anak murid namun orang2 yang membaca ini :) semoga berkah terus ya pak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin. Mudah-mudahan ya Kak. Semoga kita semua punya kepedulian terhadap ujian yang dialami saudara kita lainnya. Aamiin

      Delete
  9. Ya Allah aku merasa iba melihatnya. Membayangkan jika itu terjadi pada saya. Sukses selalu mas Padil, pekerjaan yang sangat mulia. Semoga tidak ada lagi musibah seperti ini kedepannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mas..kebayang ya kalau rumah bocor aja betapa sedihnya. Apalagi banjir. Bahkan rumah terendam air atau nggak bisa ditempati lagi.

      Tentu sedih banget.

      Mungkin yang bisa kita lakukan adalah meringankan beban mereka dengan menunjukkan kepedulian kita. Aamiin

      Delete
    2. Kalau rumah bocor aja kita sedih ya Mas.. apalagi kalau rumah dilanda banjir bahkan nggak bisa ditempati.
      Tentu sedih banget ya. Mudah-mudahan kita bisa membantu meringankan beban saudara yang kena ujian. Aamiin

      Delete
  10. Ya ampun sedih banget lihat kondisinya
    Itu rumah-rumah warga sampai hancur dan rubuh gitu diterjang banjir ya
    Syukurlah banyak tangan-tangan terulur dari para relawan dan donatur
    Terimakasih sudah turun langsung ke lapangan memberikan aksi nyata, mas

    ReplyDelete
  11. Relawan yang menginspirasi sekali, mas Padil ini. Mungkin di zaman yang serba individualis seperti sekarang ini, kita harus memupuk kembali gotong royong membantu sesama apalagi yang membutuhkan seperti korban banjir

    ReplyDelete
  12. Salut untuk para relawan yang dengan tulus dan ikhlas mau membantu orang lain, terutama yang terkena bencana. Semoga dibalas pahala kebaikannya ya Pak dan dipermudah segala urusannya.

    ReplyDelete
  13. Saya kagum dengan para relawan, mereka turun ke lapangan tanpa pamrih. Semoga para relawan mendapatkan balasan terbaik atas kebaikannya

    ReplyDelete
  14. keren pak guru, ngajar sudah fullday masih sempat menjadi relawan bencana alam. semoga sehat terus dan diberikan keberkahan

    ReplyDelete
  15. Hati-hati ketagihan menjadi relawan, karena memang nagih banget. Apalagi jika itu bisa membuat kita semakin bersyukur menjadi orang yang lebih beruntung daripada mereka yang sedang kesusahan.
    Ah, bukan hati-hati, tapi nikmati terus-menerus, karena bisa menghilangkan segala penyakit di dalam diri.

    ReplyDelete
  16. Keren selalu, pak guru. Terus berkarya dan terus menginspirasi ya

    ReplyDelete
  17. masyaallah, pa guru keren sekali ikut jadi relawan. semoga berbuah kebaikan dan pahala ya pak. Bisa ikut membantu orang lain terlebih yang terkena musibah memang perlu dilakukan terlebih jika kita mampu dan bisa ya

    ReplyDelete
  18. Salut banget dengan para relawan yang rela membantu banyak hal secara sukarela. Pahala berlimpah untuk mereka baik di dunia atau akhirat nanti.

    ReplyDelete
  19. MasyaAllaah, adem dan tenang bangett bacanyaa kak. Semoga semakin banyak generasi muda yang kayak Kak Padil nih

    ReplyDelete
  20. Jadi relawan itu panggilan hati dan tidak digaji. Tapi pahala insyaAllah menanti karena melakukan kebaikan tulus dari hati. Semangat pak guru. Selalu jadi inspirasi. saya juga pernah jadi relawan di korp sukarela. Jadi bisa paham apa yang dirasakan pak guru beserta relawan yang lain.

    ReplyDelete
  21. Entah kenapa kalau masuk blognya pak supadilah selalu berasa motivasinya, kayak memang tulisannya deep banget, terima kasih inspirasinya pak. Btw, saya silent reader di blognya

    ReplyDelete