Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

UMKM Naik Kelas Dengan Digitalisasi BRI

 

 

“Karak ieu aing nyeleu anak SD nggeus magang. (Baru kali ini saya anak SD sudah magang). Kasihan euy," kata pengantar es batu ke penjaga es teh Jumbo.

Dia sedang membicarakan anak saya, Mas Jundi, usia 10 tahun yang sedang magang.

Wajar dia heran. Biasanya kan yang magang itu anak SMK, usia belasan tahun. Tapi, yang ini masih anak SD.


Ada orang tua yang punya prinsip “Biarlah yang susah orang tuanya saja, anak jangan sampai susah juga.”

Namun, keluarga kami punya pandangan berbeda. Justru anak perlu diajarkan dan dibiasakan menghadapi kesusahan. Ini jadi pembelajaran dan bekal hidup untuknya. Toh, nanti ketika dewasa, dia bakal bertemu dengan kesulitan hidup. Mereka akan merasakan bahwa hidup itu tidak semulus dan semudah yang dibayangkan. Bahkan hidup itu keras.

Keluarga saya punya program magang untuk anak. Selama beberapa hari anak saya latihan dagang di sebuah UMKM. Bukan untuk memberikan hukuman kepadanya tetapi mencari pengalaman sekaligus melatih kemandirian sebagai laki-laki. Kelak dewasa dia harus mandiri dan bertanggungjawab dengan dirinya sendiri dan keluarganya.

Tahun ini kami memilih magang di usaha es teh jumbo yang lokasinya tidak jauh dari rumah. Pilih magang yang kerjanya jangan terlalu berat. Intinya magang adalah memberikan pengalaman terutama di bidang wirausaha.

Di hari pertama menakar es lalu memasukkannya ke gelas plastik. Hari kedua membuat teh rasa original. Hari ketiga membuat teh dengan varian rasa teh seperti leci, tiramisu, dan lainnya. Durasi magangnya tiga hingga lima jam. 

Selesai salat Zuhur, saya menjemputnya. Tidak langsung ke menemuinya tapi saya mengintip dari jauh. Es teh jumbo ini ramai kalau siang hari. Paling ramai pas jam istirahat sekolah. Warungnya diserbu anak-anak sekolah. Antreannya membludak. Nggak habis-habisnya sampai bel masuk berbunyi. Saat itulah saya menjemput anak saya.

“Seru lho magangnya. Rame banget yang beli. Mas nggak berhenti-berhenti ngisi es ke gelas. Senang karena kalau magang setiap hari dikasih es teh gratis, hehe” kata anak saya sambil tertawa. Saya kira magang itu melelahkan baginya ternyata menyenangkan. 

Anak pertama umurnya sepuluh tahun. Karena dia sudah punya adik, saya dan istri menyapanya dengan sapaan 'Mas' untuk mengajarkan adiknya agar nanti memanggilnya Mas juga.

Saya kira dia lelah. Mengingat badannya kecil pasti tenaganya kecil juga. Tadi dia berjam-jam berdiri sambil mengisi cup dengan es silinder dengan bolong tengahnya. Apalagi pas tadi diserbu pelanggan sampai penuh sesak. Tangan kecilnya memegang sekop es tak henti-hentinya bekerja.

Ternyata dia masih semangat bahkan ketagihan pengen magang lagi. Sayang seribu sayang durasi magang hanya tiga hari. 



Sedang serius mengerjakan tugas magang (dokumentasi pribadi)


Misi keluarga saya adalah menjadi keluarga pengusaha. Sebetulnya kita perlu memperbanyak jumlah pengusaha di negara kita. Mengapa demikian? Hal ini akan memberi dampak positif yaitu meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meluasnya lapangan pekerjaan, mengurangi jumlah pengangguran, dan lainnya.

Seorang guru, politisi, pejabat publik, pegawai negeri, dan lainnya harus juga jadi pengusaha. Apapapun profesi kita sebaiknya punya usaha. Kenapa? Karena kita tidak selamanya menggeluti profesi-profesi itu. Jadi pegawai negeri ada pensiunnya. Jadi politisi bisa tidak terpilih lagi. Jadi pejabat publik bisa dipecat atau dibebastugaskan. Benar, kan?

Nah, jadi pengusaha itu sekaligus sebagai penyokong perekonomian keluarga atau jaga-jaga terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi.

Pengusaha itu erat kaitannya dengan berdagang. Nah, berdagang tidak harus dalam skala besar tetapi bisa dimulai dari skala kecil dulu. 

Saat masih menjabat sebagai Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa satu ciri negara maju adalah memiliki rasio pengusaha lebih dari 10% terhadap jumlah penduduk. Saat ini rasio pengusaha di Indonesia masih berada di angka 3,6% dari total populasi. 

Untuk mencapai target itu, bisa dimulai dari keluarga. Kalau semakin banyak keluarga yang jadi pengusaha, dengan sendirinya negara kita punya pengusaha yang semakin banyak. Ingat bahwa hal besar itu rangkaian dari yang kecil. Seperti halnya sebuah garis itu rangkaian dari titik. 

Dengan menumbuhkan meningkatkan jumlah pengusaha di Indonesia kita berarti membantu pemerintah untuk mengurangi pengangguran. Bagaimana mewujudkan jiwa pengusaha? Dimulai dari keluarga. Setiap keluarga perlu memiliki mindset jadi pengusaha. Apapun usahanya baik kuliner, wisata, jasa dan lainnya. Intinya harus jadi pengusaha. Toh pengusaha tidak repot. Karena tidak perlu memproduksi tetapi terlibat dalam proses distribusinya saja. Ini tidak terlalu menyita waktu. 

Saya seorang guru. Tidak hanya mengandalkan dari gaji guru, saya juga punya bisnis sampingan. Jadi, selain pengajar, saya juga pedagang. Riskan kalau mengandalkan penghasilan dari salah satu sumber saja. Kadang tidak cukup. Malahan, berdasarkan sebuah survei, terdapat 42% masyarakat yang terjerat pinjol ilegal itu dari kalangan guru.  Ya mungkin gajinya kecil, tetapi kebutuhan hidupnya besar seperti kebutuhan keluarga, pendidikan anak, dan lainnya. Ini pula yang menguatkan saya agar punya usaha sampingan. 





Hikmah Pandemi, Punya Usaha Baru

Empat tahun terakhir ini keluarga saya punya usaha baru. Dimulai ada pandemi Covid-19 yang membuat saya mengajar dari rumah. Saya seorang guru di sekolah swasta, keuangannya bergantung dari pembayaran orangtua. Saat pandemi banyak orangtua yang tidak bisa membayar penuh uang sekolah. Sekolah terpaksa melakukan penyesuaian gaji hingga merumahkan guru. sebenarnya kasihan dengan guru karena penghasilannya berkurang bahkan hilang. Padahal saat pandemi kebutuhan keluarga tetap besar bahkan naik. 

Lalu saya putar otak. Mencari peluang usaha yang bisa dijalankan dari rumah saja. Ada yang menawarkan produk kesehatan yaitu British Propolis (BP). Namanya Teh Lilis, seorang guru juga. 

Ada empat hal yang membuat saya menerima tawaran itu yaitu kehalalan produk, manfaat produk, sistem bisnisnya, dan margin keuntungannya.

“Prinsipnya memperbaiki sel-sel tubuh. Produknya tersertifikasi BPOM RI dan halal MUI sehingga halal dan aman dikonsumsi,” kata Teh Lilis dengan bersemangat.

“Lalu, gimana dengan sistem bisnisnya?”

“Sistem bisnisnya kemitraan. Nanti banyak pembinaan tentang motivasi jadi pengusaha, membangun hidup sehat, strategi marketing, menguatkan mindset sukses, meningkatkan skill media sosial, bahkan parenting.”

Saya pikir ini bisnis yang langka karena lengkap isinya. Setelah dipikir matang-matang, saya bergabung dengan bisnis ini. Saya cuma mendistribusikan, tidak memproduksi, sehingga tidak menyita waktu banyak untuk pekerjaan utama.

“Nggak usah ragu di bisnis ini sebab banyak tokoh publik gabung seperti Indra Sjafri (pelatih timnas Garuda Muda), Ade Rai, Dude Herlino, Oki Setiana Dewi, Meyda Safira, Jamil Azzani, dan lainnya.”

Mereka tokoh yang terjaga reputasinya. Jarang atau malah tidak ada hal kontroversi. Founder BP adalah penulis favorit saya. Beliau trainer nasional bahkan sudah ke 5 benua. Tebak siapa? Beliau Mas Ippho Santosa. Ya, beliau adalah penulis buku mega best seller 7 Keajaiban Rezeki, Rahasia Percepatan Rezeki, 13 Wasiat Terlarang, dan lainnya.





Ada beberapa alasan saya bergabung di bisnis BP. Saya jabarkan dengan singkat. Boleh dicontek dan ditiru untuk bisnis pembaca. Alasannya bisa disingkat MAMAMEMO. Apa itu? Baiklah saya jelaskan satu persatu. Yuk, simak!

 

1. Manfaat produk. 

Usahakan menjual produk yang bermanfaat untuk tubuh. Jangan yang merugikan atau merusak kesehatan. British propolis (BP) adalah produk kesehatan yang bermanfaat meningkatkan imunitas tubuh. BP dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh dari serangan virus, bakteri, jamur, dan radikal bebas. Manfaat BP terasa dalam 21 hari bahkan kurang.

2. Marginnya Besar

Kalau jualan yang dicari apalagi kalau bukan untung. Sepakat? Carilah bisnis yang marginnya besar. Biar kita cepat untung. Jangan lupa harus tetap menjaga kejujuran dan aturan yang berlaku. Jangan sampai kita mengakali aturan agar untung besar. Di bisnis saya ini marginnya cukup besar. Dari satu botol dengan harga jual Rp. 250.000 dapat keuntungan Rp. 70.000. Kalau beli per paket marginnya semakin besar lagi. Kalau marginnya besar, cepat balik modal sekaligus besar pula untungnya.

Ukuran BP yang kecil sangat mendukung dijual secara online. Ongkos kirimnya (ongkir) tidak besar, tidak takut basi di jalan pula. Pembeli tidak diberatkan dengan besarnya ongkir. Nah, jangan sampai ongkirnya lebih mahal dari harga barangnya. Bisa-bisa pembeli batal bertransaksi. Inilah bisnis kecil, untungnya besar.

3. Mentoring dari motivator 5 benua Ippho Santosa

Di bisnis ini ada mentornya yang akan membantu mitranya sukses menjalankan bisnis. Mentornya sudah malang melintang di dunia bisnis dan pengembangan sumber daya manusia. Rekam jejaknya sudah tidak diragukan lagi. Sebaiknya kita patuh dengan intruksi mentor misalnya ikut pelatihan atau pembinaanya, menjalankan WhatsApp marketing, mengganti profil media sosial, dan lainnya. Untungnya ada mentor yang banyak mendampingi. Awalnya dipaksa, terpaksa, bisa, biasa, dan luar biasa. Saya belajar IG Live, edit video dengan capcut, desain dengan Canva, WhatsApp marketing, public speaking, dan lainnya.

Memulai bisnis tanpa mentor ibaratnya kita mulai melewati sebuah jalan. Kita tidak tahu ada jalan berlubang, belokan, forbidden, dan lainnya. Sebaliknya, kalau ada mentor, kita akan paham dengan jalan karena mendapat rambu-rambu tentang jalan tersebut.

4. Modal terjangkau

Pilihlah usaha yang modalnya terjangkau. Kalau baru memulai usaha sudah butuh modal besar, kapan balik modal atau dapat untung? Kalau harus sewa toko maka dibutuhkan modal yang besar. tidak hanya untuk uang sewa bangunan tetapi juga operasional kantor dan perlengkapannya. Wah, belum jualan, sudah keluar dana besar. Kapan untungnya?

Kalau modal butuh awal usahakan menjadi bentuk barang. Misalnya punya modal Rp 20 juta. Kalau harus sewa toko atau operasional, modal segitu mungkin tidak cukup. Ya kan? Harga sewa rumah toko (ruko) sekarang melambung tinggi. Tapi kalau langsung jadi barang, modal Rp. 20 juta sudah dapat barang banyak.

Kalau bisnis BP ini modal awal cuma Rp. 650.000 sudah dapat 3 botol produk. Laku terjual dalam waktu lima hari. Lalu saya repeat order menjadi Rp 990.000, Rp 1.800.000, dan terus meningkat. Saya berani menambah stok. Rasanya berbeda kalau ada stok. Lebih semangat jualannya. Jangan ragu jualan karena kalau ada yang jual maka pasti ada yang beli. Kalau tidak cepat terjual juga tidak perlu khawatir kedaluarsa karena BP ini tahan lama. Bisa bertahan hingga 3 tahun, lho. 



Walau sarungan, tetap bisa jualan (dokumentasi pribadi) 


Lesatkan Bisnis dengan Digitalisasi 


Digitalisasi membuat bisnis semakin naik kelas. Pengaruh digitalisasi dalam bisnis misalnya membuat pasar semakin meluas. Mari bandingkan antara bisnis online dengan bisnis offline. Bisnis ooffline biasanya berupa toko. Pelanggan atau pasar toko itu biasanya orang sekitar lokasi toko. Paling banter sewilayah kabupaten atau provinsi. Jarang sekali dari luar provinsi datang ke lokasi toko. Tapi kalau bisnisnya online, pasarnya bisa dari luar provinsi bahkan satu negara. Orang yang dari tempat sangat jauh pun bisa jadi target pasar kita.

Apa saja media-media digitalisasi? 

Di bisnis yang saya geluti diajarkan menggunakan media WIFI. Apa itu? WIFI adalah WhatsApp, Instagram, Facebook, dan Internet. Kita bisa menggunakan WIFI itu untuk promosi usaha. Sekarang ini orang-orang sudah tidak asing lagi dengan media sosial dan internet ini. Bahkan ada yang punya lebih dari satu akun. Mungkin pembaca termasuk di dalamnya. Hehe.. Selain sebagai media hiburan, media sosial bisa untuk menghasilkan cuan. Jangan cuma upload foto atau video saja tapi promosikan usaha kita. Banyakin posting, lama-lama bisa closing. Selain itu kita perlu melakukan inovasi. Karena tanpa inovasi, semua bisa basi. Lakukan terobosan. Tanpa terobosan, orang akan bosan. 

Dengan layanan BRI,  digitalisasi menjadi pengusaha bukan hal yang mustahil. Seperti kata orang Jawa, sing penting gelem obah (yang penting mau bergerak/berusaha). Terutama, online-kan usahamu karena banyaknya keunggulan dan kemudahan bisnis digitalisasi saat ini. Lesatkan bisnis online dengan menggunakan senjata yaitu WIFI. 


UMKM Naik Kelas dengan Tranformasi Digitalisasi dari BRI





Dengan digitalisasi, pelaku UMKM dapat melakukan efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan daya saing.

Salah satu andalan menjalankan usaha adalah aplikasi. Untungnya ada BRImo yang siap membantu UMKM naik kelas. Hal ini benar saya rasakan perubahannya. Dulu kalau belum punya aplikasi ini saya sering bolak balik ke ATM (anjungan tunai mandiri) baik untuk melakukan transfer, mengambil uang, cek rekening tabungan, dan lainnya. Lantas saya dipermudah dengan adanya BRImo. BRImo adalah aplikasi keuangan untuk beragam transaksi bagi nasabah kapan pun dan di mana pun.

Sejak dulu BRI menjadi bank andalan rakyat Indonesia. BRI hadir di seluruh pelosok Indonesia. Di daerah terpencil, misalnya daerah transmigrasi tempat saya, bank yang ada ya BRI. Sekarang BRI semakin jadi andalan dengan  tranformasi digital berupa BRImo.

Aplikasi ini memudahkan nasabah bertransaksi kapan pun dan di mana pun. BRImo adalah aplikasi lengkap yang sekarang sudah digunakan lebih dari 36 juta pengguna. Maka, sekarang kita dapat dengan mudah bertransaksi menggunakan QRIS hingga EDC merchant BRI.

Kini berbagai akvititas jualan saya lakukan dengan aplikasi BRImo. Aktivitas yang paling sering adalah transfer uang, menerima pembayaran, cek rekening, membayar tagihan listrik/internet, dan lainnya.

BRImo juga memfasilitasi transaksi lintas negara melalui fitur transfer internasional ke lebih dari 160 negara serta pembayaran QR di luar negeri. Nah, segera pakai BRImo dan rasakan kemudahannya!

Apa saja kemudahan menggunakan BRImo?

·       Tampilannya terbarukan dan semakin segar dengan pengalaman baru yang mengedepankan kemudahan penggunaan dan kenyamanan bertransaksi

  • Fiturnya lengkap. Meliputi seluruh channel di ATM, Internet Banking BRI Web, SMS Banking dan Internet Banking BRI Mobile
  • Buka Rekening (Digital Saving) calon nasabah BRI dapat membuka rekening melalui aplikasi BRI Mobile BRImo dengan meng-upload data diri serta mengirimkan video sebagai bentuk Know Your Customer (KYC) dalam pembentukan rekening. Membuka rekening jadi semakin mudah dan hemat waktu.
  • Dapat melakukan registrasi internet banking hanya melalui aplikasi BRImo tanpa harus ke unit kerja BRI. Nah, kita bisa menghemat waktu dan biaya sekaligus dinyamankan dengan  fasilitas ini
  • Fitur Personal Financial Management (PFM), untuk membantu nasabah dalam menginformasikan jumlah pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan selama bertransaksi menggunakan channel BRI.
  • Fitur fast menu,  salah satu kemudahannya adalah nasabah dapat mengetahui saldo rekening utama dengan cara singkat dengan menggunakan Mobile Banking berbasis SMS.

Ada BRILink, Bayar Apapun Tak Lagi Pusing


Agen BRILink telah menjangkau usaha-usaha ultramikro hingga ke pelosok-pelosok kampung. Sudah banyak yang mendapatkan manfaatnya bari dari pelaku usaha maupun masyarakat. Pelaku usaha menyediakan jasa berbagai pembayaran seperti bayar tagihan listrik, pembayaran

Masyarakat pun terbantu karena mudah dalam memenuhi kebutuhannya. Mengurus berbagai keperluan di BRILink menjadi hemat waktu, tenaga, dan biaya. Maka tak heran Agen BRILink menjadi idola bagi masyarakat Indonesia.

Seperti kisah Mang Imanudin, seorang warga di desa Pasir Jati Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Meskipun letaknya di kampung tetapi padat penduduknya. Rumah-rumah berdekatan satu sama lain. Dulu warga yang mau bayar listrik, iuran kesehatan, dan lainnya harus ke kecamatan dulu. Melihat peluang ini, Mang Imanudin lantas membuka keagenan Agen BRILink.

“Sekitar enam tahun lalu menjadi agen BRILink dengan persyaratan yang mudah. Saya menjadi agen BRILink supaya memudahkan tetangga bayar ini itu. Lumayan juga hasil dari setiap transaksi. Setiap rumah kan butuh listrik, transfer uang, bayar iuran kesehatan, atau lainnya. Dalam sehari bisa puluhan transaksinya,” jelasnya.



 Agen BRILink yang semakin diminati warga (dokumentasi pribadi) 

BRIsat Optimalkan Layanan Untuk Masyarakat

ILUSTRASI. Miniatur roket dan satelit BRIsat dari Bank Rakyat Indonesia atau BRI saat pameran forum perekonomian islam atau World Islamic Economic Forum WIEF di Jakarta (4/8/2016). KONTAN/Daniel Prabowo


Digitalisasi membuat UMKM naik kelas. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital, pelaku usaha dapat meningkatkan kompetensi, mengefisiensi biaya operasional hingga memperluas akses pasar.

Tak hanya BRImo saja, banyak sekali dukungan BRI untuk kemajuan ekonomi digital di Indonesia. BRI sebagai bank terbesar di Indonesia secara total aset punya satelit sendiri yang diberi nama BRIsat. BRIsat diluncurkan pada 19 Juni 2016 lalu dari Kourou, Guyana Perancis dan mengorbit geostationer di 150,5 derajat Bujur Timur.

Satelit ini dioperasikan langsung melalui Ground Control yang dibangun di Ragunan, Jakarta Selatan sekaligus difungsikan sebagai Primary Satellite Control Facility (PSCF) dan di Tabanan, Bali sebagai Backup Satellite Control Facility (BSCF). Proses pembuatan BRIsat memakan waktu 25 bulan. Perakitan satelit dilakukan Space Systems / Loral di Palo Alto - California, sedangkan kendaraan peluncurnya menggunakan Arianespace 5 buatan Perancis. Ini menjadikan Bank BRI sebagai bank pertama dan satu satunya di dunia yang memiliki dan mengoperasikan satelit sendiri. Punya satelit sendiri adalah bentuk komitmen BRI untuk memberikan layanan opimal kepada masyarakat Indonesia.

Apa lagi keuntungannya?

Nah, BRIsat ini membuat layanan perbankan BRI sama kualitasnya di seluruh Indonesia. Jadi, kecepatan layanan perbankan di kota besar dengan wilayah terpencil akan sama. Desa-desa bahkan kawasan 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) punya kesempatan berkembang dengan lebih pesat. Dampak positifnya tidak hanya secara ekonomi saja dampaknya tetapi juga budaya, pendidikan, wisata, dan lainnya.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank BRI, Indra Utoyo mengatakan BRIsat berperan vital dalam memastikan setiap jaringan kantor dan ATM BRI tetap terhubung ke data center BRI.  "Dengan jaringan komunikasi yang tidak terputus, maka BRI tidak terganggu dalam memberikan layanan kepada para nasabahnya," kata Indra.

Satelit BRIsat milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk telah terkoneksi lebih dari 15.000 jaringan kerja BRI baik jaringan konvensional (Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, BRI Unit dan Teras BRI), jaringan e-channel (ATM dan EDC) serta Teras BRI Kapal Bahtera Seva II dan III.

Area layanan jaringan BRIsat dapat menjangkau seluruh pelosok Indonesia, seluruh wilayah Asia Tenggara, Jepang, Hong Kong dan pantai timur China. BRIsat terdiri dari 45 transponder, di mana sebanyak 41 transponder dialokasikan untuk kepentingan BRI sedangkan 4 transponder lainnya telah diserahkan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Lalu 4 transponder ini diserahkan kepada Mabes TNI, Polri, BIN, Bakamla dan Kemenkeu untuk mendukung optimalisasi kinerja serta memberikan manfaat yang lebih strategis kepada negara.

Kepedulian BRI kepada usaha mikro tidak diragukan lagi. Banyak sekali jenis pemberdayaan dari BRI. Ini menjadi bukti nyata komitmen BRI untuk memberikan solusi terhadap pengembangan ekosistem UMKM khususnya segmen mikro dan ultra mikro.

Pada level ultra mikro ada aplikasi senyum mobile dan Agen BRILink mekaar yang mampu mendorong inklusi dan literasi keuangan digital pada segmen masyarakat ultra mikro.

“BRI memiliki konsep pemberdayaan UMKM secara end to end, yakni pemberdayaan dari fase dasar hingga pengembangan platform berbasis digital yang mampu menjadi solusi pengembangan ekosistem UMKM. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa UMKM mempunyai daya saing dan mampu beradaptasi dengan pasar,” ungkap Supari, Direktur Bisnis Mikro BRI.


Penutup

Negara kita butuh lebih banyak pengusaha untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Saat ini pelaku UMKM yang sudah ada perlu didukung teknologi. Digitalisasi pada ranah usaha atau bisnis memberikan banyak keuntungan seperti dapat melakukan efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan daya saing. Bersama BRI dengan berbagai inovasi digitalisasinya, UMKM di Indonesia pasti semakin naik kelas.  

 

Sumber referensi:

https://www.bri.co.id/detail-news?title=digitalisasi-berbasis-ekosistem-meningkatkan-daya-saing-dan-adaptasi-pasar

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190814105205-37-91910/penjelasan-lengkap-bos-bri-soal-peluncuran-satelit-kedua

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/11/094511526/satelit-bri-sudah-terkoneksi-dengan-10.000-jaringan-kerja

https://www.cnbcindonesia.com/news/20240602124913-4-543109/syarat-jadi-negara-maju-belum-tercapai-jumlah-pengusaha-ri-baru-36

https://finansial.bisnis.com/read/20240520/563/1766901/alasan-guru-banyak-terjerat-pinjol-ilegal-gaji-kecil-hingga-kurang-literasi-keuangan

https://keuangan.kontan.co.id/news/bri-brisat-tetap-beroperasi-dukung-transformasi-digital#google_vignette







6 comments for "UMKM Naik Kelas Dengan Digitalisasi BRI"

  1. sebagai nasabah setia BRI, saya banyak dibantu oleh BRI. Tidak hanya terkait transaksi dan nabung menabung, tapi juga mengembangkan usaha. Soal kredit usaha dan konsultasi juga BRI siap melayani, apalagi sekarang udah go digital ya. lebih mudah segalanya di BRI. pelayanan ramah dan past respon.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar, sepakat, Kak. BRI ada di kota, ada di desa, bahkan pelosok. Menemani pembangunan masyarakat di banyak daerah. Jadi andalan sejak dulu sampai sekarang.

      Pelaku UMKM banyak terbantu mulai dari pembiayaan, kredit, bantuan usaha, dan lainnya.


      Delete
  2. Keren loh kak Padil mengajarkan putranya buat bisnis, diawali dari magang dulu. Malah semangat yah dan ketagihan. Anak saya dulu waktu SD bikin bros-bros kecil gitu dijual ke temen sekelas. Nah, bahayanya, karena dia dpt uang sendiri, jadi gampang jajan...haha...
    Saya kok senyum sendiri, kak Padil bisnis sambil sarungan. Santai aja, yg penting, transferan mengalir deras. Beruntungnya bisnis didukung oleh BRI dengan aplikasi BRImo nya...

    ReplyDelete
  3. Wah, keren juga, Kak.. Memanglah ya, anak2 sangat perlu dididik tentang kemandirian juga kewirausahaan. Meskipun agak terkesan melelahkan bagi mereka, toh itu ngasih banyak pengalaman dan pengetahuan bagi anak-anak. Mudah-mudahan semakin banyak yang jadi pengusaha. Aamiin

    ReplyDelete
  4. Salut nih buat si Mas, di usia 10 tahun udah semangat magang dan kelihatannya jiwa wirausahanya juga sudah terbentuk dengan baik.
    BRI tuh sekarang sangat memudahkan nasabahnya, hampir semua tempat ada BRILink, gak perlu pusing lagi kalau mau tarik tunai atau bayar-bayaran, tinggal mampir ke BRILink aja dong.

    ReplyDelete
  5. jadi mau cerita juga pengalaman waktu itu, bingung mau pinjaman ke mana untuk memulai bisnis umkm, untungnya kemarin ada yang tawarkan ke BRI. gak pakai lama, dana langsung cair. Alhamdulillah banged sampai sekarang usaha kecil ku masih jalaan

    ReplyDelete